:: Ladang beramal bagi Donatur salurkan melalui Bank BNI Syari'ah Yogyakarta - Nomor : 0169782473 - a.n. Sudjito S.E. ::

Kamis, 25 Februari 2010

MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Tanggal 12 Rabiul awwal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad saw, yang oleh sebagian kaum islam diperingati sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Ada yang memperingati dengan penuh hikmat, biasa-biasa saja dan ada yang berlebihan meriahnya dan ada pula yang tidak memperingatinya sama sekali. Faktanya memang terdapat perbedaan pendapat tentang merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, antara yang setuju dan yang menolak dengan mengatakannya sebagai bid’ah. Walau bagaimana pun memperingati kelahiran dengan penuh hikmah, dengan mengenang sirah Rasulullah yang penuh dengan keagungan adalah sebuah perbuatan yang terpuji. Walaupun pun harus kita yakini juga bahwa Maulid Nabi Muhammad saw masih ada yang berbeda pemikiran. Sehingga kita bisa menyadari bahwa tempatkanlah perayaan ini pada tempatnya yang sebenarnya, jangan berlebih-lebihan. Karena kita dapati banyak yang sedemikian rupa memperingati Maulid Nabi Muhammad saw, sehingga terkesan bahwa perayaan yang ada jauh sekali dari esensi perayaan itu sendiri.


Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw

Abad islam yang terkenal paling baik adalah permulaan berdirinya Agama islam sampai tiga abad berikutnya, yang disebut tiga abad terbaik. Didalam abad-abad itu terdapat orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah saw. Kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw sangat tinggi derajatnya. Beliau-beliau itu mengetahui banyak sekali sunnah-sunnah Rasulullah saw. Dan beliau-beliau itu sangat patuh sekali melaksanakan syari’at Agama Islam. Sekalipun demikian pada zaman beliau-beliau itu yakni zaman para sahabah dan juga pada zaman para tabi’in yakni orang-orang yang berjumpa dan bergaul dengan para sahabah, tidak terdapat riwayat adanya perayaan atau peringatan Milladun Nabi. Padahal, para sahabah itu sangat mencintai dan sangat mematuhi sunnah-sunnah Rasulullah saw.

Dikatakan bahwa orang yang memulai menganjurkan untuk memperingati atau merayakan Miladun Nabi itu adalah Abdullah Muhammad Bin Muhammad Abdul Ghada. Yang para pengikutnya disebut Fatmi. Mereka menisbahkan diri berasal dari keturunan Ali r.a. Dan mereka termasuk dalam kelompok mazhab Bathini. Mazhab Bathini ini percaya bahwa sebagian dari pada Syari’at itu ada yang zahir atau nampak dan sebagian lagi tidak nampak atau tersembunyi. Menurut mereka dengan cara menipu memukul atau membunuh para penentang juga diperbolehkan. Banyak lagi hal-hal yang menyimpang yang menunjukkan banyak sekali bid’ah-bid’ah yang terdapat didalam ajaran mazhab mereka itu yang dinisbahkan kepada kitab mereka.

Jadi, orang-orang pertama yang melakukan perayaan Miladun Nabi adalah orang-orang yang tergabung didalam mazhab Bathini ini. Dan cara yang mereka lakukan itu benar-benar bid’ah telah dibawa masuk kedalam ajaran islam yang sejati. Mazhab ini terdapat didalam pemerintahan Mesir (Egypt) pada tahun 362 Hijrah. Selain dari memepringati Miladun Nabi mereka membuat peringatan atau perayaan lainnya lagi, misalnya yaumi asyura, miladun Nabi, milad yakni hari kelahiran Ali , milad, hari kelahiran Hasan, milad Husen, milad Fatimah Az Zahra. Mereka merayakan hari pertama dan hari pertengahan bulan Rajab, merayakan hari pertama dan pertengahan bulan Sya’ban, malam khataman Qur’an dan perayaan bermacam-macam didalam bulan Ramadhan, banyak sekali perayaan-perayaan yang mereka lakukan, yang telah menjadikannya bid’ah-bid’ah didalam Islam.

Perbedaan Pendapat tentang Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw

Seperti dikatakan di awal tadi bahwa di kalangan umat islam mempunyai dua pandangan yang berbeda. Ada beberapa golongan atau kelompok islam yang tidak sepaham dengan melakukan perayaan miladun nabi ini. Banyak firqah atau golongan yang sama-sekali tidak melakuan perayaan miladun Nabi. Dan mereka menyatakan “bid’ah” terhadap perayaan miladun Nabi ini. Ada pula kelompok lain didalam islam yang melakukannya secara berlebih-lebihan. Bagaimana kita meyikapi hal ini

Yang harus kita ingat adalah mengenang dan membicarakan tentang wujud Rasulullah saw adalah pekerjaan yang sangat baik sekali. Bahkan menurut riwayat hadis mengenang dan membicarakan tentang para Nabi atau para wali Allah rahmat Tuhan turun kepada mereka dan bahkan Allah swt sendiri menganjurkan untuk mengenang dan menyebut-nyebut para nabi-Nya. Akan tetapi jika membicarakan nabi itu disertai bid’ah-bid’ah yang menyelubungi tauhid Ilahi maka tidak diperbolehkan. Tempatkanlah keagungan Tuhan bersama Tuhan dan keagungan Nabi bersama Nabi. Jika memperingatinya tidak disertai dengan bid’ah namun hanya dengan nasihat atau ceramah, jika didalam acara itu diterangkan mengenai kebangkitan Rasulullah saw, mengenai kelahiran beliau atau mengenai wafat beliau saw maka hal itu akan mendapat ganjaran dari Allah swt. Kita tidak merasa perlu untuk menyusun sebuah peraturan atau sebuah kitab tentang itu.”

Pentingnya memperingati Kehidupan Rasulullah saw


Semata-mata memperingati kehidupan suci Rasulullah saw adalah amal perbuatan yang sangat baik. Dengan amalan itu kecintaan terhadap beliau tambah meningkat. Dan dengannya timbul satu daya tarik dan semangat untuk mentaati perintah-perintah beliau saw. Didalam Kitab Suci Al Qur’an banyak terdapat perintah untuk mengingat riwayat para Anbiya misalnya Allah swt berfirman:

وَاذْكُرْ فِي اْلكِتَابِ اِبْرَاهِيْمَ

Dan ingatlah di dalam kitab tentang Ibrahiim

Akan tetapi didalam memperingati para Anbiya itu sekarang kerap kali dicampuri dengan bid’ah-bid’ah maka ia menjadi haram. Ingatlah! Tujuan utama islam adalah menegakkan Tauhid. Pada zaman sekarang bisa dilihat bagaimana banyaknya bid’ah-bid’ah dilakukan didalam panggung-panggung perayaan miladun Nabi. Ilmu pengetahuan yang baik tentang miladun nabi itu sudah dicemari dan dirusak oleh bid’ah-bid’ah sehingga perayaan itu menjadi haram. Padahal mengingati wujud suci Rasulullah saw menjadi penyebab turunnya rahmat dari Allah swt. Namun mereka melakukannya diluar batas syariat disertai bid’ah-bid’ah sehingga bertentangan dengan kehendak Allah swt.”

=========

Sebaliknya banyak pula orang mengatakan bahwa mengingat Rasulullah saw sendiri adalah pekerjaan haram. Na’uzubillahi min dzalik!! Menyatakan haram terhadap berceramah atau bercerita tentang riwayat hidup Rasulullah saw adalah keliru. Padahal ketaatan sempurna kepada beliau saw menjadi sarana atau menjadi penyebab yang mendasar bagi orang yang akan menjadi kekasih Allah swt. Timbulnya semangat untuk taat kepada beliau saw disebabkan seringnya mengingat dan mendengar kisah tentang beliau. Orang yang mencintai kekasihnya selalu mengingatnya dan sering menyebut-nyebut namanya. Memang ada kelompok orang-orang islam yang pada acara miladun Nabi sedang berlangsung, mereka berdiri semua. Yang sedang duduk dilantaipun serentak berdiri semuanya karena menganggap pada waktu itu Rasulullah saw pun sedang hadir bersama mereka. Inilah cara yang biasa mereka lakukan juga. Sudah menjadi kebiasaan apabila mereka sedang merayakan miladun Nabi mereka berdiri semua. Seorang Kyai sedang berceramah dan para hadirin sedang duduk dilantai, lalu penceramah mengatakan Rasulullah saw sudah datang ditengah-tengah mereka. Tiba-tiba semua orang-orang yang sedang duduk itu serempak berdiri. Mereka yang menganggap Rasulullah saw datang hadir ditengah-tengah mereka adalah perbuatan yang sangat berani. Mereka sungguh berani mengatakan demikian. Padahal majlis perayaan seperti itu dihadiri oleh orang-orang yang suka meninggalkan sembahyang juga. Bagaimana keadaan orang-orang duduk disana diantara mereka itu banyak juga yang tidak menunaikan sembahyang. Banyak diantara mereka setahun hanya dua kali mengerjakan sembahyang yaitu pada hari Eid saja dan mereka hanya rajin menghadiri acara-acara perayaan miladun Nabi seperti itu.

Padahal wujud para Anbiya adalah laksana hujan yang menurunkan air sejuk, mereka itu wujud-wujud cahaya yang cemerlang. Mereka adalah wujud kumpulan segala kemuliaan. Wujud mereka merupakan berkah bagi dunia. Orang yang menganggap wujud-wujud beliau itu serupa dengan diri mereka sendiri, mereka telah berbuat zalim. Sesungguhnya menjalin kecintaan dengan para Wali dan para Anbiya meningkatkan kekuatan iman kita.”

Terdapat riwayat didalam hadis bahwa Rasulullah saw bersabda: “Surga adalah kedudukan yang sangat luhur. Dan saya akan berada didalamnya.” Seorang sahabat yang sangat mencintai beliau mendengar sabda beliau itu langsung menangis lalu berkata: “Ya Rasulallah saya sangat mencintai engkau”. Beliau saw bersabda: “Engkau akan tinggal bersama-sama dengan aku!” Maksud beliau saw adalah barangsiapa yang mencintai beliau dia pasti akan tinggal bersama beliau didalam surga.

“Orang islam yang berikhtiar melakukan bid’ah-bid’ah yang berbau kemusyrikan didalam diri mereka tidak ada keruhanian sedikitpun. Orang-orang yang menyembah kuburan, di dalam diri mereka tidak ada keruhanian. Sesungguhnya perayaan yang didalamnya menceritakan tentang riwayat hidup Rasulullah saw menurut pendapat saya, seperti orang-orang Wahabi mengatakan: “tidak haram” patut diikuti. Tetapi orang-orang yang merayakan miladun Nabi sambil melakukan perkara-perkara bid’ah adalah haram.”

Rayakanlah perayaan Maulid Nabi saw itu sebagai perayaan untuk menguraikan kemuliaan atau riwayat hidup beliau yang sangat agung itu. Allah swt berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ
Artinya : Katakanlah, Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencitai kamu. (Ali Imran : 32)

Pernahkah Rsulullah saw membaca Al Qur’an semata-mata demi mendapatkan sepotong roti dari para sahabah? Tetapi zaman sekarang ini mengadakan Perayaan-perayaan miladun nabi atau acara-acara lainnya lalu melakukan perkara-perkara bid’ah disusul dengan kesibukan membagi-bagi makanan. Dan karena acara dimulai dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an maka mereka menganggap roti atau makanan itu sebagai tabaruk banyak mengandung barkat. Padahal Allah swt berfirman: “Jika kalian cinta kepada Allah swt maka ikutilah jejak langkah Rasulullah saw.” Jika memang mereka ingin mengikuti jejak langkah Rsulullah saw apakah mereka bisa membuktikan bahwa beliau pernah membaca Al Qur’an demi mendapatkan roti atau makanan?? Jika beliau pernah membaca Al Qur’an semata-mata untuk tujuan mendapatkan sepotong roti atau sesuap makanan, maka kita akan melakukannya beribu-ribu kali lipat ganda banyaknya. Memang Rasulullah saw suatu peristiwa pernah mendengar seorang sahabah membaca Al Qur’an dengan suara yang merdu dan beliaupun menangis ketika sampai kepada ayat ini:

فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۭ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰؤُلاَءِ شَهِيْدًا

Artinya : Maka, bagaimana keadaan mereka ketika Kami akan mendatangkan seorang saksi dari setiap umat, dan Kami akan mendatangkan engkau sebagai saksi terhadap mereka ini (An Nisa : 42)

Rasulullah senang sekali mendengar sahabah membaca Al Qur’an. Namun ketika pembacaan Qur’an itu sampai kepada ayat tersebut Rasulullah saw pun menangis. Namun tangisan beliau itu menunjukkan betapa beliau merendahkan diri dan sangat mencintai Allah swt, beliau merasa bagaimana Dia telah memberi kedudukan tinggi disisi-Nya.

Ketika beliau menangis mendengar ayat itu dan bersabda : “ Cukup, cukp, saya tidak mampu mendengar ayat ini selanjutnya !” Beliau memikirkan bagaimana beliau akan menjadi saksi di alam akhirat nanti.”

Apa yang Rasulullah saw telah tunjukkan teladan didalam setiap pekerjaan, itulah yang harus kita ikuti. Untuk membuktikan seseorang benar-benar mukmin sejati cukuplah dengan membuktikan dengan nyata apakah Rasulullah telah melakukan hal demikian atau tidak? Jika tidak apakah beliau telah menyuruh untuk melakukannya? Ibrahim a.s. adalah nenek moyang beliau dan beliau a.s. patut dijunjung dan dihormati. Apa sebabnya beliau tidak menyuruh mengadakan peringatan maulid nenek moyang beliau, yaitu Nabi Ibrahim a.s.? Rasulullah saw tidak pernah merayakan hari kelahiran Nabi Ibrahim a.s.

Pendeknya pada Maulid Nabi Muhammad saw mengadakan peringatan atau perayaan tidak dilarang, dengan syarat didalamnya tidak boleh dilakukan dengan perbuatan bid’ah. Semata-mata dalam perayaan tersebut adalah untuk meneceritakan berbagai aspek dari sirah atau riwayat hidup Rasulullah saw. Walaupun sebenarnya tidak hanya setahun sekali kita menguraikan sirah atau riwayat hidup beliau saw itu bahkan sepanjang tahun kita boleh bahkan harus mengadakan acara siratun Nabi tersebut. Jadi rayakanlah setiap saat dan tidak terikat oleh waktu. WALLAHU A'LAM BI SHOWAB.


[+/-] Selengkapnya.....