:: Ladang beramal bagi Donatur salurkan melalui Bank BNI Syari'ah Yogyakarta - Nomor : 0169782473 - a.n. Sudjito S.E. ::

Rabu, 20 Oktober 2010

Segera Berkorban Sebelum Menjadi Korban

Setiap tangal 10 Zulhijjah, ummat Islam seluruh dunia berkumpul untuk menjalankan ibadah shalat 'Idul Adha. Bersamaan dengan itu pula, kira-kira 2,5 juta saudara-saudara kita sedang memenuhi panggilan suci, menunaikan sebagian dari rukun haji yaitu berkumpul di padang Arafah melaksanakan wukuf. Kita yang belum berkesempatan memenuhi rukun iman ke-6 ini dianjurkan menjalankan shalat 'Idul Adha sebagai wujud "partisipasi spiritual" buat saudara-saudara kita yang sedang mempertaruhkan hidup-mati di tanah suci.

Jadi, shalat 'Idul Adha ini adalah wujud dari rasa syukur dan kepasrahan diri secara tulus-ikhlas atas karunia Allah SWT yang tak terhitung nilainya. Betapa tidak ? Allah SWT telah memberi kesempatan pada kita untuk menikmati kehidupan ini secara bebas dengan semua fasilitasnya, secara cuma-cuma. Di dalam shalat itu, kita mengungkapkan kebesaran Allah yang telah memberi anugerah, karunia, kenikmatan, keselamatan dan "sementara" terbebas dari bencana gempa bumi dan tsunami seperti saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatera Utara. Karena itu, di hari sakral 'Idul Adha ini selayaknyalah kita mengucapkan takbir, tahlil dan tahmid sebagai salah satu ekspresi kearifan, kepasrahan, ketundukan dan ke-tawadzu'-kan kita di tengah maha karya Allah, alam semesta.
Secara terminologis, ied artinya rasa senang yang terus menerus atau kembali lagi. Sedangkan adha biasa diartikan korban. Karena itu, dua hari raya, Idul Adha dan Idul Fitri pada dasarnya adalah hari yang menyenangkan. Mengapa disebut menyenangkan? Karena, di hari Idul Adha ini, kita mampu menjalankan kewajiban, yaitu berkorban dengan menyembelih binatang ternak. Korban dalam hal ini, di samping bermakna sosiologis-ekonomis, yaitu wujud solidaritas kemanusiaan untuk memberi rasa senang kepada orang lain, juga yang paling prinsip adalah bermakna simbolik-spiritual, yaitu kita menyembelih atau membunuh sifat-sifat kehewanan, seperti tidak punya perasaan, kasar, mau menang sendiri, sombong dan sebagainya. Dengan demikian, dengan berkorban, berarti kita dapat merekonstruksi diri, mereformasi diri menjadi makhluk yang memiliki kesadaran diri secara utuh, pengaturan diri secara mantap, motivasi tinggi, empati dan keterampilan sosial yang efektif.
Karena itu, korban di hari Idul Adha ini sebenarnya menjadi kewajban, khususnya bagi orang-orang yang memiliki kecukupan ekonomi dan lebih utama lagi kecukupan kepasrahan dirinya kepada Allah SWT. Karena dengan ibadah korban itu, berarti mampu menunjukkan kapasitas diri dan harga diri, bahwa semua yang kita miliki, badan dengan seluruh anggotanya, keluarga, harta benda, jabatan, status sosial popularitas dan sebagainya, hanya sekedar instrumen kehidupan yang tidak berarti apa-apa. Karena itu, kita harus mampu mentransendensi diri untuk tidak terperangkap dengan semua itu, karena cepat atau lambat akan hilang dari kehidupan kita. Sebab, siapapun orangnya yang terperangkap dengan sesuatu yang material dan instrumental itu, maka cepat atau lambat ia akan terjebak pada kesenangan dan kenikmatan semu. Dan makhluk yang paling bodoh dan hina adalah makhluk yang "merasa cukup" dengan kesenangan dan kenikmatan semu itu.
Menyembelih korban seperti dituntukan Nabi IbrahimAS, menurut ajaaran Islam tidak sekedar untuk berpesta fora menikmati lezatnya daging dari sembelihan binatang korban itu. Tetapi, penyembelihan ini dimaksudkan untuk menunjukkan kesadaran, kesediaan dan keikhlasan agar kita mau secara tulus-ikhlas mengorbankan sisi-sisi material dan instrumental dalam kehidupan kita. Kita secara sadar mau mengorbankan kepentingan pribadi dan kepentingan sesaat, hanya semata-mata untuk mewujudkan kepentingan bersama, kepentingan kemanusiaan, seperti tersurat dalam ayat berikut:
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan daripada kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaua kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepadamu. Dan beri kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al Haj: 37)

Karena itu, berkorban di hari Idul Adha memiliki dimensi makna yang luar biasa dalam konteks hidup bersama dalam keluarga bangsa, negara ataupun dunia. Ikhlas dalam menalankan ibadah korban, benar-benar menjadi jalan bagi kita agar dapat menjadi makhluk yang bermartabat dan berkeadaban. Ini berarti bahwa dengan berkorban, secara langsung atau tidak langsung menjadi jalan yang akan mengantarkan kita pada keselamatan sejati dan menjauhkan kita dari segala bentuk bencana. Dalam konteks ini, maka berbagai bencana alam yang menimpa negri kita ini, dilihat dari sudut spiritual, tidak dapat dilepaskan dari kondisi obyektif kehidupan bangsa Indonesia dalam kesehariannya. Kita benar-benar perlu mawas diri, berkaca diri secara sungguh-sungguh, kemungkinan besar sementara bangsa ini belum mau berkorban secara tulus yang hanya mengarap ridha Allah SWT.
Kita prihatin, pejabat-pejabat tinggi kita masing-masing tidak mau mengorbankan ego kekuasaannya. Bahkan, ada sebagian dari mereka itu malah menyalahgunakan kekuasaannya untuk memenuhi nafsu kehewanannya. Bersamaan dengan itu, sebagian dari rakyat kita telah kehilangan kesabaran dengan melakukan anarhirsme sosial. Sebagian saudara-saudara kita, yang merasa tidak mampu menikmati kue pembangunan, tidak malu lagi mejadi pengemis, ada yang mengemis di perempatan-perempatan jalan kota, ada yang menyisir dari rumah ke rumah, ada yang di angkutan umum dan hampir semua aktivitas masyarakat kita, di situ ada pengemis.
Karena itu, perlu segera kita kembali kepada tuntunan korban dari Nabi Ibrahim AS. Kita perlu segera berkorban, sebelum menjadi "korban" yang sebenarnya. Kasihan saudara-saudara kita di Aceh dan sebagian Sumatera Barat. Mereka, di akhir tahun 2004 ini menjadi "tumbal" dari episode cerita perjalanan anak bangsa, bernama Indonesia. Mereka menjadi "korban" dari kepongahan para elite bangsa ini dan dari perilaku nista sebagian rakyat bangsa ini.
"Korban" dari bencana seperti di Aceh ini, akibatnya bukan hanya meluluh lantakkan bangunan dan lingkungan fisik yang telah dibangun megah selama bertahun-tahun. Tetapi lebih dari itu, tatanan sosial-budaya masyarakat Aceh juga porak poranda. Banyak anggota keluarga yang tewas tak tahu rimbanya. Ribuan anak-anak yang tidak lagi memiliki orang tua tempat tumbuhnya benih-benih kasih sayang, sopan-santun, pengetahuan dan pelita bagi masa depannya. Kesemua ini, lebih jauh akan beimplikasi pada berubahnya tatanan konsep keluarga, konsep hukum waris, dan sebagainya.
Karena itu, peristiwa gempa bumi, banjir, tanah longsor dan berbagai bencana lain yang bisa menjungkir balikkan tata sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, kekerabatan, lingkungan dan semua dimensi kehidupan lainnya patut menjadi pelajaran nyata buat kita dan masyarakat sejagat raya pada umumnya. Berapa beratnya berkorban menyembelih kambing atau sapi bagi orang yang berpenghasilan di tiga juta atau lebih per-bulannya. Padahal harga kambing rata-rata tidak lebih dari 700-an ribu per ekor. Demikian jga, harga rata-rata sapi yang ideal untuk korban sekitar tujuh sampai sembilan jutaan per ekor, itupun bisa ditanggung bersama. Kecuali bagi masyarakat kita yang penghasilannya di bawah satu juta per bulan, belum bisa menjalankan ibadah korban bisa dimaklumi.
Ini berarti bahwa, berkorban itu sebenarnya bukan sekedar bersifat ekonomis semata, tetapi lebih bersifat spiritual. Sama hanyalnya dengan ibadah haji. Artinya, bahwa kesadaran untuk berkorban atau beribadah haji itu tidak sekedar mampu secara ekonomi, tetapi yang lebih penting adalah mampu secara spiritual, yaitu memiliki kesadaran ke-Illahi-an yang tinggi, kemanusiaan dan masa depan. Bagi orang yang dalam kehidupannya mampu melampau dimensi material dan instumental, tidak lagi mementingkan harta benda, jabatan, popularitas dan sejenisnya, maka ia tidak berat lagi menjalankan ibadah korban atua ibadah-ibadah lainnya yang memiliki dimensi vertikal maupun horisontal.
Karena itu, agar hidup selamat dalam ridha Allah ini prinsipnya sebenarnya sederhana, yaitu berkorban dalam arti ritual seperti di hari Idul Adha, atau berkorban dalam pengertian umum (sosial), yaitu selalu berorientasi pada kemaslahatan sesamanya. Sayangnya, masyarakat kita, umumnya mau berkorban setalah menjadi "korban". Berbagai mecam jenis bencana yang dapat menimbulkan korban, bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Karena Allah, ketika menimpakan sesuatu bencana, baik sebagai ujian, peringatan, atau azab ini tidak pandang bulu. Siapapun manusianya, entah itu pejabat tinggi, birokrat, ilmuwan, kaya-miskin, petani, rakyat jelata dan sebagainya dapat menjadi "korban" bencana.
Peringatan Allah pada surat Al-Kautsar, surat terpendek dalam Al-Qur'an patut kita renungkan dalam-dalam, "Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberi nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah". (QS. Al Kautsar: 1-2). Dalam hal ini, berkorban adalah bagian integral dari ritme kehidupan semua makhluk, khususnya manusia, sebagai ciptaan yang paling sempurna struktur kemakhlukannya, dibanding makhluk-makhluk Allah lainnya. Berkorban dalam hidup adalah bagian dari hukum alam (sunnatullah) yang tidak bisa tidak harus dapat dilakukan secara ikhlas. Ini berarti siapapun manusianya yang tidak mau berkorban, akan terkena akibatnya. Apa akibat yang akan ditanggungnya? Hanya Allah yang Maha Tahu, karena Dia-lah pemegang otoritas manajemen sunatullah ini.
Akhirnya, bersamaan dengan perayaan Idul Adha di awal tahun 2005 ini, ada baiknya kita mengamalkan doa Nabi Ibrahim, sebagai sumber otentik ibadah korban:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" (QS. Ibrahim: 37).

Doa ini, benar-benar memiliki makna dan dimensi yang sangat mendalam dalam kehidupan nyata. Ada dimensi spiritual (shalat-Baitullah), dimensi ekologis (lembah), dimensi lingkungan (tanam-tanaman), dimensi ekonomi-produktif (buah-buahan), dimensi kema'rifatan (syukur) dan sebagainya. Idul Adha tahun ini sangat monumental, karena bersamaan dengan memulai lembaran tahun 2005. Karena itu, semoga kita dapat membangun semua dimensi itu secara sinergis, minimal dalam pribadi kita, dan lebih luas lagi bagi kehidupan berbangsa dan kemanusiaan. Insya Allah.

[+/-] Selengkapnya.....

Jumat, 20 Agustus 2010

Puasa dan Kebersamaan

Bulan Ramadhan bagi umat Islam, termasuk bagi warga masyarakat muslim Yogyakarta merupakan bulan yang spesial. Di samping kita menjalankan kewajiban ibadah puasa dan berbagai rangkaian ibadah lainnya selama satu bulan, juga di bulan Ramadhan ini kita bisa sekaligus menyegarkan kembali rasa kebersamaan dan persaudaraan di kalangan semua warga masyarakat. Sebab, di bulan Ramadhan ini, sebagian besar atau bahkan hampir semua ummat Islam termobilisasi oleh semangat Ramadhan setiap hari berduyun-berduyun pergi ke masjid, musholla atau tempat-tempat lainnya untuk menjalankan ibadah sholat lima waktu, sholat tawarih, berbuka puasa bersama dan berbagai kegiatan Ramadhan lainnya. Sungguh di bulan Ramadhan ini kita benar-benar menyaksikan semangat kebersamaan yang luar biasa dalam berbagai pelaksanaan kegiatan menyemarakkan bulan penuh berkah ini.
Latihan Disiplin Rohani dan Akhlak
Puasa ramadhan merupakan ibadah ritual yang dilakukan dengan aturan yang permanen, yaitu dengan menahan makan, minum, emosi, syahwat dan segala sesuatu yang bisa membatalkannya, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Aturan yang permanen ini, tujuan utamanya adalah untuk melatih disiplin jasmani, rohani dan akhlak. Relevan dengan maksud itu, Rasulullah SAW bersabda :
"Puasa adalah perisai, maka dari itu orang yang sedang puasa janganlah berbicara kotor...dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum bagi Allah daripada minyak kesturi; ia berpantang makan, minum dan syahwat hanya untuk mencari ridha-Ku; puasa hanyalah untuk-Ku." (HR.Bukhari).

Berpantang makan dan minum pada saat orang biasa melak¬ukannya sehari-hari dan dilakukan dengan berulang-ulang (teratur) selama sebulan, di satu sisi dapat meningkatkan kekuatan dan memperlancar alat pencernaan tubuh. Sementara di sisi lain, puasa juga menjadi media pelatihan bagi kita untuk dapat menghadapi berbagai tantangan atau bahkan kesukaran hidup. Dengan begitu, jiwa dan mentalitas kita akan benar-benar terlatih dan memiliki daya resistensi yang tinggi terhadap tantangan dari dalam ataupun luar. Karena itu, orang yang ber¬puasa akan selalu siap menghadapi hidup dalam kondisi atau situasi apapun, tanpa harus mengalami gangguan psikologis (psicological shock). Karena itulah, maka proses hidup orang yang berpuasa akan selalu stabil emosi keagamaannya, etos kerjanya, produktifitas karya dan daya kreatif-inovatifnya.
Di samping itu, bagi orang yang berpuasa, tidak ada godaan yang paling besar daripada godaan makan, minum dan syah¬wat, apabila ketiganya telah tersedia. Namun demikian, betapapun dahsyatnya godaan itu, tetap mampu diatasinya dengan sabar dan penuh keimanan. Usaha untuk mengatasi godaan semacam itu yang dilakukan tidak hanya sekali atau dua kali, tetapi secara terus-menerus selama satu bulan, benar-benar akan melahirkan kesadaran dan kemampuan untuk menjaga kontinuitas dalam mengatasi berbagai godaan hidup sehari-hari. Lebih dari itu, kemampuan mengatasi godaan itu tanpa didasari oleh interest yang bersifat ekonomis, psikologis atau biologis belaka, tetapi semata-mata hanya untuk meraih ridha Allah SWT.
Di saat panas terik membakar bumi, lapar dan dahaga menyertai aktivitas pekerjaan sepanjang hari, dan walaupun makanan lezat serta minuman segar misalnya, telah tersedia, tetapi kita tetap menahan diri, tidak mau menyentuh makanan dan minuman sedikitpun. Sebab pada saat-saat kritis seperti itu, kita kesadaran diri yang mucul adalah, "Allah ada di sampingkudan Allah melihatku".
Karena itu, tidak ada ibadah yang mampu menumbuhkan perasaan dekat kepada Allah, selain ibadah puasa. Kehadiran Allah dalam diri orang yang berpuasa, tidak saja berada pada tingkat iman saja, tetapi telah menjadi realitas dalam kesadaran kemanusiaanya. Itulah hakekat dari disiplin rohani dan akhlak tingkat tinggi. Artinya bahwa kesadaran akan adanya hidup yang lebih tinggi, lebih tinggi daripada hidup yang hanya untuk makan dan minum atau mengumbar nafsu syahwat belaka.
Ini artinya bahwa dengan puasa, kita dapat menaklukkan nafsu jasmani¬. Dan dengan terbiasa mengatur waktu makan atau minum, juga dapat menumbuhkan kedisiplinan hidup. Lebih tinggi dari itu, dengan puasa kita bukan lagi menjadi budak nafsu makan, minum atau syahwat, melainkan kita itu benar-benar menjadi majikan yang sesungguhnya-menjadi pribadi yang otentik, pribadi yang original – bukan pribadi yang palsu atau tiruan.

Komitmen Kebersamaan Menuju Taqwa
Puasa, disamping ibadah yang bersifat individual, tetapi juga kental dimensi sosialnya. Bahwa puasa itu dapat mengingatkan umat warga masyarakat agar memelihara kesatuan, kerukunan, dan kekompakan serta meminimalisasi terjadinya perpecahan. Kebersamaan yang tercermin pada saat melaksanakan ibadah puasa dan berlebaran terjalin sebagai upaya untuk merajut dan menjalin persatuan karena hal tersebut dapat mendatangkan rahmat dan berkah.). Saat puasadi bulan Ramadhan ini, seluruh keluarga berkumpul dan melakukan buka puasa bersama, sahur, dan melaksanakan shalat Tarawih. Anak-anak maupun orang dewasa dapat bertemu dan berkumpul berkumpul di masjid untuk beribadah.
Itulah bagian dari fenomena sosial Ramadhan, bahwa di bulan Ramadhan ini, mobilitas social warga masyarakat terjadi peningkatan yang luar biasa. Hampir semua masjid dan musholla di Kota Yogyakarta ini penuh sesak oleh jamaah. Ini artinya bahwa bulan Ramadhan ini menjadi bulan yang sangat tepat untuk menyegarkan kembali komitmen kebersamaan sesame warga Negara, sesame keluarga besar umat Islam. Hal ini relevan dengan konsep puasa yang dapat diproyeksikan mengembangkan disiplin rohani dan akhlak yang tinggi. Kemudian implementasinya, puasa dapat mendorong kesadaran dan kemauan kuat bahwa kita adalah bagian inte¬gral dari komunitas masyarakat yang plural budayanya, status sosialnya, tingkat ekonominya, pendidikannya dan sebagai¬nya. Karena itu, setiap diri pribadi dituntut memiliki sikap terbuka untuk mengakomodasi pluralitas masyarakat sebagai realitas sosial yang tidak bisa dinafikan. Konsekuensinya, kesadaran untuk saling berkomunikasi atas dasar persamaan dan persaudaraan sebagai satu keluarga agung – makhluk Allah - menjadi tuntutan mutlak bagi tercip¬tanya tata sosial yang harmonis, dinamis dan progresif. Bagi kita yang telah memiliki disiplin rohani dan akhlak tingkat tinggi, yang dicapainya melalui puasa, maka selalu siap untuk menerima orang lain sekalipun berbeda budaya, bahasa, kebiasaan, status sosial dan sebagainya.
Itulah wujud bahwa puasa dapat menumbuhkan energi positif untuk membangun kebersamaan atas dasar persaudaraan. Itulah makna sebenarnya dari konsep shilaturrahim. Bahwa shilaturrahim ini merupakan nilai agung yang mendasari tata sosial yang dinamis dan harmonis, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - : أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَكْرَمِ أَخْلاَقِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؟ تَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ


"Nabi saw bersabda : Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang mendzalimimu, memberi orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu” (HR. Baihaqi)


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ


"Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

Maukah kalian aku tunjukkan amal yang lebih besar pahalanya daripada salat dan saum?” Sahabat menjawab, “Tentu saja!” Rasulullah pun kemudian menjelaskan, “Engkau damaikan yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-saudara yang terpisah, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan ukhuwah di antara mereka, (semua itu) adalah amal saleh yang besar pahalanya. Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usianya dan dibanyakkan rezekinya, hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraan” (H.R. Bukhari-Muslim).

Demikinalah, puasa Ramadhan tahun 1431 H ini seharusnya memang dapat menjadi momentum meneguhkan kebersamaan sesame warga Yogyakarta khususnya, sebagai bagian dari implementasi peningkatan taqwa kepada Allah SWT. Semoga puasa dan seluruh rangkaian ibadah yang kita lakukan diterima Allah SWT dan kita dapat lebih menjadi pribadi yang otentik, pribadi yang selalu tulus untuk membangun kebersamaan dalam membangun masyarakat yang berbudaya maju dan berkeadilan sosial, amiin.

[+/-] Selengkapnya.....

Minggu, 01 Agustus 2010

Pertemuan Agung

Ramadlan kembali hadir. Seluruh warga masyarakat hanyut dalam pertemuan agung yang membawa berkah untuk seisi alam. Benar-benar luar biasa – spanduk “selamat datang” terpampang dimana-mana. Semuanya mengelu-elukan kehadiran bulan seribu bulan itu. Semuanya penuh harap akan mendapat kesempatan mendapat tetesan kemulyaan, kehormatan dan keagungan dari bulan yang penuh rahmat, ampunan dan pembebasan.

Tak terasa setahun telah berlalu. Kehadiran Ramadlan menyadarkan kita untuk membuka kembali lembaran-lembaran hidup selama setahun ini. Alhamdulillah, mungkin ada sebagian di antara kita yang telah memiliki cacatan sejarah baru. Ramadlan tahun ini akan dilewati dalam suasana baru; dapat menikmati rumah baru, tetangga baru, jabatan baru, status baru, mobil atau motor baru, anggota keluarga baru, pemimpin baru, dan semuanya mungkin serba baru.
Namun demikian, kemungkinan ada juga sebagian di antara kita yang nasibnya belum beranjak dari posisi setahun lalu, alias nasib hidupnya masih tetap sama dengan saat pertemuan Ramadlan tahun lalu. Mereka masih harus bersabar, karena rumah tinggal masih harus kontrak, gaji pekerjaan masih tetap sama atau bahkan ada sebagian yang masih menjadi pengangguran, ekonomi keluarga tetap sulit, pendidikan anak-anak masih tersendat-sendat, dan sebagainya. Atau bahkan Ramadlan tahun ini justru kita harus menghadapi hidup keluarga yang kian berat; harga BBM naik, semua kebutuhan pokok seperti beras, gula, minyak dan lain-lain kian membumbung tinggi tak terkendali, biaya transportasi kian mahal, persaingan mendapatkan pekerjaan semakin keras dan entah jeritan apa lagi yang telah menghadang langkah hidup mereka. Inilah hidup. Pertemuan agung yang sama, tetapi memberikan aura yang berbeda. Ada sebagian di antara kita yang dapat tersenyum lebar dan ada juga yang semakin kecut – terjerat oleh kesulitan hidup yang entah sampai kapan akan berakhir.
Sungguh suatu perjalanan sejarah kemanusiaan yang luar biasa. Tamu agung Ramadlan sejak zaman Nabi sampai sekarang sebenarnya tetap sama, yaitu membawa berkah bagi seisi alam. Allah SWT selalu meneteskan rahmat, ampunan dan pembebasan melalui Ramadlan ini.
Namun demikian, mengapa tiga keagungan yang dibawa bulan Ramadlan, yaitu; rahmat, ampunan dan pembebasan belum juga dapat merubah nasib hidup sebagian di antara keluarga kita? Hidup tetap miskin, dijerat hutang, dipepet kebutuhan ini dan itu. Kenaikan harga berbagai jenis kebutuhan pokok, seperti; beras, minyak goreng, dan sebagainya yang telah berjalan beberapa bulan ini benar-benar akan menjadi tantangan berat bagi kita dalam menjalankan ibadah puasa.
Dalam menjalankan prosesi ibadah puasa, di satu sisi, diperlukan hati yang tenang dan khusyuk agar puasa yang dilakukan itu benar-benar berkualitas. Tetapi di sisi lain, himpitan berbagai persoalan hidup yang semamin berat, tentu akan sulit bagi kita untuk menghindar dari perasaan sedih, menderita, mengumpat, bahkan dendam dan sebagainya, yang semuanya itu dapat mengurangi kualitas puasa yang kita lakukan.
Tetapi, itulah kenyataan hidup. Apapun keadaannya harus kita hadapi dan alami. Yang pasti bahwa Ramadlan tahun ini tetap sama seperti dulu, yaitu menawarkan rahmat, berkah, ampunan dan pembebasan bagi siapa saja yang memulyakan dan mengharapkannya dengan kesungguhan.
Ramadlan adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan rekonstruksi meng-up date hidup kita secara total. Kita revisi cara berfikir, sikap, mentalitas, perilaku dan gaya hidup yang memang tidak mendukung untuk meningkatkan prestasi yang meyakinkan. Ramadlan adalah bulan yang memberi peluang dan harapan, yaitu peluang dan harapan untuk hidup lebih baik, lebih terhormat, dan lebih bermartabat.
Namun demikian, akhirnya tetap kembali kepada kita, dapat memanfaatkan peluang yang dudah ditawarkan oleh bulan Ramadlan atau melewatkannya begitu saja tanpa bekas apapun. Yang pasti hanya orang-orang yang lemah dan lalai saja yang tidak mau dan mampu memaknai Ramadlan dengan amal atau karya yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Selamat datang Ramadlan.

[+/-] Selengkapnya.....

Kamis, 08 April 2010

KHUTBAH JUMAT 09 APRIL 2010 : MENJALIN UKHUWAH DI DALAM ISLAM

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذى الّف بين قلوب المسلمين و المؤمنين فأ صْبحوا بنعمته اِخواناً
و حرّمَ بينهم بالخيانة و الكذب وسائِر آنواعِ الايذات ِسرّا وإعلآنا.
اشهد ان لا اله إلاّ الله وحدهُ لا شريك له إعترافاً بوحدانيته
وإيماناً, وآشهد انّ سيدنا محمّداً عبده ورسوله تصديقاً وإيقاناً .
اللهمّ صلِّ و سلِّم على سيدنا ومولانا محمد و على اله وصحبه و التابعين الذين يقيمون
الشّريعةَ الاسلامية بالاعمال الصالحات إذعانا وإحساناً.
اماّ بعد فيا عباد اللهِ إتقوْا الله تعالى واعلموا انّ كُلّ المسلِمِ على المسلم حراماً فلا يحلُّ
عليه ان يعامِلَ الغيرَ ظُلْمًا و عُدَوَانًا




Jamaah Jumat Rohimakumullah …

Pertama-tama, sebagai khatib pada kesempatan hari ini mengajak kepada para jamaah Jumat sekalian khususnya kepada diri pribadi untuk senantiasa meningkatkan Takwa kepada ALLAH SWT dengan sebenarnya-benarnya Takwa. Yaitu dengan melakukan semua yang diperintahkan, dan menjauhi segala yang menjadi larangan-NYA.
Sebagai umat Islam, kita harus mengasihi dan menyayangi sesama orang Islam, dan menyadari sesama orang Islam itu bersaudara. Karenanya harus direkatkan persaudaraan itu, agar tujuan meraih kesejahteraan hidup di dunia dan di akherat lebih mudah.

Jamaah Jumat Rohimakumullah …

Banyak peristiwa yang bisa diambil pelajaran. Orang tidak akur karena persoalan harta dunia, tega membunuh saudara sendiri. Demikian juga persoalan jabatan dan pangkat menjadi rebutan yang menjadikan permusuhan di antara saudara. Yang demikian itu karena manusia sudah membelok dari pegangan agama. Karenanya, orang Islam, di samping belajar Agama berdasar Al-quran dan Al-hadits, juga belajar ilmu lain yang bermanfaat untuk hidup dan kehidupan.

Jamaah Jumat Rohimakumullah …

Dalam hal Umat Islam Bersaudara, Rosulullah bersabda:
عن النعمان بن بشير رضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :
ترى المؤمنين فى تراحمهم وتوادهم وتعاطُفِهِمْ كمثل الجسد إذا اشتكى عُضْوًا تداعى له
سائر جسده بالسَّهْرِ والحُمْى .

“Dari Nu’man bin Basyir RA berkata, Rosulullah SAW bersabda: Kamu melihat orang-orang yang beriman saling menyayangi, mereka saling cinta dan saling simpati. Seperti dalam satu badan, kalau salah satu anggota badan ada yang sakit, maka bagian-bagian badan yang lain akan ikut sakit dengan tidak bisa tidur dan badannya panas “. HR Bukhori Muslim.

Pada kesempatan lain nabi juga bersabda :

المؤمن للمؤمن كالبنيان يشدّ بعضه بعضاً

“Orang Mukmin satu dengan orang Mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, bagian yang satu dengan bagian yang lain saling menguatkan” HR MUSLIM.

Pelajaran yang dapat diambil dari kedua Hadits tersebut, bahwa setiap orang Islam terhadap orang Islam yang lain harus saling menjaga Ukhuwah, Persaudaraan. Selalu menjalin persaudaran dalam menjalani hidup di dunia. Kalau sudah Tali Persaudaran, menjaga Silaturahmi, insya-allah, berkah panjang umur dan keleluasaan rejeki akan dilimpahkan Allah SWT.

Jamaah Jumat, Rohimakumullah …

Jalinan Ukhuwah ini bisa kita wujudkan didalam lingkungan keluarga kita sendiri, dalam kumpulan Dasa Wisma, dalam Paguyuban, di lingkungan Warga RT, RW, Pedukuhan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun sampai tingkat dalam satu Negara ataupun justeru seluruh Dunia.
Dengan persatuan dapat mewujudkan kerjasama yang baik dalam membantu sesama dengan latar belakang keahlian yang berbeda-beda, dan akhirnya bisa saling menutup segala kekurangan yang ada. Latar belakang keahlian bisa berupa Tani, Nelayan, Buruh, Pegawai Pemerintah, Pegawai Swasta, Dokter, Polisi, Tentara, Ulama, para Dai, Paramedis, Politisi, Guru dan Dosen, Pejabat Fungsional, Anggota DPR, Wartawan, Pengusaha dan mungkin masih banyak lagi.

Rosulullah dalam sebuah Riwayat memberikan contoh dalam membangun Ukhuwah dalam Islam ini, di antaranya:

عن عبد الله بن عمر رضى الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلّم : المسلم
اخو المسلم لا يظلمه ولا يسلمه ومن كان فى حاجة اخه كان الله فى حاجته.
و من فرّج عن مسلمٍ كربةً فرّج الله فى كربات يوم القيامة
ومن ستر مسلما ستر الله يوم اللقيامة

“Dari Abdullah bin Umar RA berkata: Rasulullah SAW bersabda : Orang Islam itu saling bersaudara, maka dari itu jangan sampai orang Islam itu menganiaya sesama orang Islam dan menyebabkannya teraniaya. Dan barangsiapa mencukupi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan mencukupi kebutuhan orang itu. Dan barangsiapa memberikan jalan keluar kesusahan orang Islam, maka Allah akan membebaskan kesusahan orang itu di akherat. Dan barangsiapa menutupi kejelekan orang Islam, maka Allah akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” HR Muttafaq ‘alaih.

Jamaah Jumat Rohimakumullah …

Umat Islam perlu menggapai kesuksesan, kemajuan umat dengan usaha apa saja yang halal. Kita dapat berusaha di bidang social, ekonomi, politik, HANKAM, Kesenian, Politik, Filsafat disertai dengan usaha menekuni dan mengamalkan ajaran Islam, supaya tercapai kehidupan dunia yang sejahtera yang akhirnya bermuara juga kesejahteraan hidup di akherat.

Semoga khutbah yang ringkas ini dapat bermanfaat.

بارك الله لى و لكم فى القران العظيم ونفعمي و اياكم بما فيه من الا يات و الذكر الحكيم
و تقبل منى و منكم تلاوته انّه هو السميع العليم.

الحمد لله الّذى هدانا لهذا وما كنا لنهتدىلولا ان هدانا الله. اشهد ان لا اله الاّ الله وحده لا شريك له. وا شهد انّ محمداً عبده ورسوله لا نبي بعده. امّا بعد فيا عباد الله اوصيكم ونفسى بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون.
وقال الله تعالى فى كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم.
انّ الله والملا كته يصلّون على النبى يايهاالذين امنوا صلّوا عليه وسلمون تسليماً. اللهم صلّ وسلم وبارك على سيدنا محمدٍ وعلى اله و صحبه اجمعين. اللهم اغفر للمسلمين و المسلمات و المؤمنين والمؤمنات الاحياءِ منهم والاموات انّك سميع قريب مجيبالدعوات ياقضى الحجات.
اللهم اصلح لنا ديننا الذى هو عصمة امرنا واصلح لنا دنيانا التى فيها معاشنا واصلح لنا اخرتنا التي فيها معادنا. واجعل الحياة زيادةً لنا فى كل خير واجعل الموت راحة لنا من كل شر.
اللهم اجعل بلدتنا بلدة طيبة مطمئنة ياتيها رزقُها رغدا من كل مكان.
ربنا لا تؤاخذنا ان نسينا او خطآنا ربنا ولا تحمل علينا اصراكما حملته على الذّى من قبلنا ربنا ولا تحملنا مالا طقة لنا به واعف عنا واغفرلنا وارحنا انت مولانا فانصرنا على القوم الكافرين.
ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى الاخرة حسنة وقنا عذب النار. ربنا تقبل منا انك انت السّميع العليم وتب علينا انك انت التوّاب الرحيم.
عباد الله ان الله يآمربالعدل ولاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكرون. فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزذكم
زلذكر الله اكبر.

M Husnul Hudha.
Masjid Al-Muhajirin
Perum Pemda DIY Banjardadap
Potorono Banguntapan
Yogyakarta Indonesia
08 April 2010

[+/-] Selengkapnya.....

Selasa, 23 Maret 2010

Mengenal Sakit Maag

Sakit maag? Semoga Anda belum pernah dan tidak perlu mengalaminya sepanjang hidup, semoga. Emangnya kenapa? Ya tentu semua dari kita tidak maulah mengalami penyakit apapun, termasuk sakit maag. Tetapi, penyakit itu datang/terjadi tidak pakai ijin segala - datang tiba-tiba, sekalipun, sebenanya melalui proses sebab-akibat. Di sinilah pentingnya kita mengenal sekilas tentang sakit maag, penyebabnya dan langkah-langkah mengantisipasinya.

Gastritis atau lebih populer dikenal sebagai penyakit maag, berasal dari bahasa Yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kemudian mengakibatkan peradangan pada lambung. Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya borok (ulcer) dan dapat meningkatkan resiko dari kanker lambung. Akan tetapi bagi banyak orang, gastritis bukanlah penyakit yang serius dan dapat segera membaik dengan pengobatan.
Jadi, maag adalah gangguan iritasi pada mukosa lambung akibat produksi asam lambung yang berlebihan.

Beberapa gejala gangguang penyakit maag, antara lain: 1) Mual, 2) perut terasa nyeri, perih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu hati), 3) nafsu makan menurun drastis, 4) wajah pucat, 5) suhu badan naik, 6)keluar keringat dingin dan 7) sering bersendawa (khususnya ketika lapar).

Beberapa penyebab sakit maag, antara lain:
1. Pola hidup yang tidak sehat. Menunda-nunda makan dapat menyebabkan munculnya asam lambung yang berlebihan, yang dapat menyebabkan mukosa lambung jadi iritasi.
2. Makanan pedas dan asam
3. Stress. Beban pekerjaan yang berat, ditarget dan lain-lain dapat menyebabkan tekanan yang bisa bermuara pada stress.

Berikut tips agar lambung Anda tetap sehat dan produktivitas Anda tidak terganggu.
1. Pola makan sehat. Jangan membiarkan perut kosong dalam jangka waktu lama.
2. Hindari makanan yang merangsang sensitifitas lambung seperti asam, pedas, rokok dan aspirin.
3. Biasakan mengkonsumsi makanan yang lunak dan lembut.
4. Memperhatikan berat badan ideal, istirahat yang cukup dan berolahraga.
5. Makanlah sesering mungkin walapun sedikit.

[+/-] Selengkapnya.....

Senin, 08 Maret 2010

SHOLAT BUKAN UNTUK ALLAH

Asy-Syu'ara 26:109

وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ , إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Sholat atau sembahyang itu untuk siapa sebenarnya? Adakah dengAn menunaikan
sholat Allah akan menjadi lebih berkuasa dan lebih agung? Adakah sama seperti
partai politik yang mendapat berkuasa bilamana rakyat memilih mereka semasa
pemilihan? Manusia sebenarnya tidak sadar dengan meninggalkan sholat sebenarnya membuat manusia menuju kemusnahan?


Manusia lebih percaya kepada sesuatu yg nyata, yang realitas, seperti manusia
yang mengikut kata-kata penceramah politik dan percaya dengan janji-janji yang dikatakan
ataupun mendapat "kampanye" dari berbagai pihak sebelum pemilihan, baru mereka
akan membuat pilihan untuk memilih atau tidak. Manusia juga menyamakan memilih dgn sholat.

Bila kita melihat cara manusia berhadapan dengan Allah, walaupun Allah telah
menjanjikan banyak kenikmatan bagi mereka yang patuh pada perintahnya, tetapi karena
tidak percaya (iman) sepenuhnya, Allah itu maha berkuasa, manusia makin
lama makin menjauhi Allah. Ada yg dulunya rajin sembahyang
semakin malas, kalau sholat pun tidak ikhlas, untuk pamer, hanya seminggu sekali atau setahun sekali saja malah ada yang merasa sudah tidak perlu
lagi sholat.

"Bila pekerjaan sudah ada, jaminan kerja dan gaji bulanan sudah tetap, bila
kemampuan sudah ada ditangan, bila fisik kuat penyokong, buat apa aku perlu
sembahyang lagi?", begitu mungkin jalan berpikirnya. Rata-rata menjadikan alasan kehidupan modern amat sibuk menyebabkan tiada waktu atau kesempatan untuk sholat. Sebenarnya semakin manusia menjauhi sholat semakin manusia menuju kehancuran. Memang secara harfiah bukan diri sendiri yang hancur tetapi (bisa) umat manusia secara keseluruhan.

Sholat sebenarnya merawat prefontal cortex atau nama lainnya frontal lobe,
bahagian depan otak yang sebenarnya bagian yang untuk berfikir. Menguasai 30
hingga 40% dari keseluruhan otak, frontal lobe adalah bagian yang
menjalankan fungsi eksekutif, CEO, yg menganalisa, memilih,
memikir semua kebarangkalian, kemungkinan dan juga akibat dari tindakan-tindakan
tertentu, lebih menyeluruh bukan sekedar kepentingan diri sendiri tetapi
kepentingan seluruh masyarakat, lebih bersimpati. Frontal lobe juga
mendukung kita fokus dalam melakukan sesuatu, baik belajar ataupun untuk
mengejar cita-cita tertentu. Frontal lobe yang lemah memberi banyak kesan buruk pada manusia, lebih bersikap kehewanan dan mementingkan diri sendiri. Bukankah
ini yang banyak terjadi dizaman yang serba modern dan materialistik ini?

Bagaimana sholat merawat otak? Fokus atau khusyuk... ini jawabannya. Jika kita
bertekad untuk mencoba fokus pada bacaan, pada makna bacaan tersebut, saat itu
sebenarnya kita melatih frontal lobe, seperti masuk gymnasium mengangkat
berat untuk melatih otot-otot tertentu. Sujud pula menyalurkan darah kebagian
tersebut yg begitu dahaga akan oksigen disebabkan aktiviti fokus tadi. Jadi
jika diulang-ulang lama kelamaan bagian otak depan kita ini akan lebih kuat,
dan bila lebih kuat kita akan lebih fokus dan bisa berfikir dengan lebih
sempurna.

Sebab itu ada yang menunaikan sholat tetapi tetap melakukan kemungkaran, mereka
ini bisa jadi adalah golongan yang tidak khusyuk, sama seperti pergi ke
gymnasium dan hanya melihat sahaja "dumbell" tersebut kemudian bertanya-bertanya
"aku sudah pergi fitnes tapi mengapa otot tak besar-besar juga?". Manusia begini
mengharapkan dosa-dosanya dapat diampunkan dgn bersholat, tetapi ini hanya akan
menjadi putaran "loop" yg berulang-ulang, sholat-munkar, sholat-mugkar. Jadi
bila non muslim melihat muslim yg sembahyang tetapi berbuat dosa, jatuhlah
maruah Islam itu sendiri. Tersenyum sinislah mereka ketika kita mencoba
menyebarkan syiar Islam.

Sebab itulah sembahyang yang diterima hanyalah sembahyang yang khusyuk karena ia
merawat frontal lobe dan Allah juga berfirman yang manusia amat dekat
kepadaNya ketika sujud (Al-Alaq 96:19). Manusia akan tetap hidup seperti
biasa walaupun prefrontal cortex yg lemah karena manusia bisa hidup tanpa
berfikir. Berjalan, berlari, memandu, menyiapkan kerja di kantor ataupun apa
saja perbuatan-perbuatan rutin karena pada dasarnya itu adalah melalui memori
(fungsi bahagian otak yang lain). Memori senada dari pembelajaran, persekitaran
dan pemerhatian. Yg bahaya sekali adalah pemerhatian melalui tv, ia adalah
alat pemukau yg paling berkesan. Gaya hidup dan tingkah laku seorang artis tertentu (dalam program TV, misalnya)sudah cukup untuk mengubah peminat seluruh negara mengikut caranya, jika baik alhamdulilah, jika tidak? Tunggu saja kaibat buruknya. Mengapa? Karena kuatnya yang membuat keputusan mengikut rasa dan bukannya mengikut akal dan fikiran sebenarnya.

Sholat adalah salah satu cara yang bisa mengalihkan diri kita dari mengambil
keputusan mengikut rasa, keputusan yg berfikir. Keputusan yg lebih
menyeluruh mengambil semua kebarangkalian termasuk perhatian kepada masyarakat
dan persekitaran. Sholat untuk kebaikan manusia itu sendiri sebenarnya,
sesuai untuk kehidupan manusia, baik dari zaman nabi hingga ke hari
kiamat. Semakin manusia meninggalkan sholat semakin itu dunia menuju
kehancuran, tidak perlu kiamat, kehidupan bagi sesetengah manusia sekarang
sudah seperti di neraka tetapi tidak pernah terfikirkah mereka mengapa?

*Solat itu karena Allah tetapi bukan untuk Allah*, untuk kebaikan manusia
itu sendiri. Walaupun tiada seorang pun manusia yang menunaikan sholat, Allah
akan tetap agung, tidak berkurangan zat-zat Allah itu. Patuhnya kita menunaikan
sholat
itu tanda bersyukur dan berterimakasih kepadaNya lantaran menambahkan
lebih lagi nikmat dari sumber yang tidak disangka-sangka. Tetapi nikmat
sembahyang itu hanya bisa dirasakan bagi yg benar-benar ikhlas & fokus/khusyuk
didalam sholatnya.

Teramat benarlah apa yang digemakan oleh bilal ketika azan.. Haiya alal
falah.. Marilah menuju kejayaan, iaitu kejayaan dunia dan akhirat.

[+/-] Selengkapnya.....

MENATA ORGANISASI TA'MIR MASJID

Masjid tempat beribadah umat Islam, baik dalam arti khusus (mahdlah) maupun luas (ghairu mahdlah). Bangunannya yang besar, indah dan bersih sangat didambakan, namun masih kurang bermakna apabila tidak ada aktivitas syi’ar Islam yang semarak. Shalat berjama'ah merupakan parameter adanya kemakmuran Masjid, dan sekaligus menjadi indikator kereligiusan umat Islam di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan sosial, da'wah, pendidikan dan lain sebagainya juga akan menambah kesemarakan dalam memakmurkan Masjid.



Masjid adalah Baitullah tempat kita beribadah dan kembali kepada-Nya. Di Masjid kita mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta’ala, berjama’ah dalam shaff-shaff yang teratur. Sikap dan perilaku egaliter dapat dirasakan, kebersamaan dan ukhuwah nampak dengan jelas, serta perasaan saling mengasihi sesama muslim terbentuk dengan baik. Di sini pula ghirah Islam dan kesatuan jama’ah menjadi nyata.

Di masa Rasulullah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, selain digunakan sebagai tempat shalat berjama'ah, Masjid juga memiliki fungsi sosial-budaya. Bagi umat Islam mengaktualkan kembali fungsi Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul; yang semakin terasa diperlukan di era globalisasi dengan segenap kemajuannya. Reaktualisasi fungsi dan peran Masjid adalah salah satu jawaban untuk meraih kembali kejayaan umat Islam.

Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya berarti kita telah menempatkan Masjid pada posisinya dalam masyarakat Islam. Masjid menjadi pusat kehidupan umat. Artinya umat Islam menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas jama’ah-imamah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Pada gilirannya, insya Allah, membawa umat pada keadaan yang lebih baik dan lebih islami.

Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid di abad ke-15 Hijriyah diperlukan organisasi Ta’mir Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien.

Kebutuhan akan organisasi Ta’mir Masjid yang profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.


MERUBAH BUDAYA ORGANISASI

Organisasi Ta’mir Masjid secara kuantitas sudah banyak, namun sebagian besar kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan kurang profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas yang diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang profesionalnya kebanyakan Pengurus Ta’mir Masjid, di antara yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan berorganisasi mereka. Bahkan, ada di antara mereka yang belum mengenal apa itu ilmu organisasi dan management. Sehingga menimbulkan budaya organisasi yang kurang sehat dan dinamis.

Untuk itu, umat Islam perlu menata organisasi Ta’mir Masjid yang sudah ada, terutama sistim organisasi dan managementnya. Merubah budaya organisasi bukan hal yang mudah karena akan menghadapi banyak kendala. Kendala-kendala itu muncul disebabkan adanya faktor-faktor internal dan eksternal, seperti misalnya:

1. Budaya lama yang sulit menerima perubahan (status quo).

2. Adanya orang-orang yang merasa kehilangan pengaruh atau tersingkir.

3. Ketidaksiapan umat dalam menerima sistim baru.

4. Sumber daya yang masih kurang mendukung.

5. Kurang jelasnya informasi maupun belum adanya lembaga pemberdayaan (konsultan) Masjid yang handal.

6. Belum adanya bukti yang dapat dijadikan contoh.

Adanya kendala bukan berarti kita harus menyerah, tetapi justru dituntut untuk lebih serius dalam membawa perubahan positif. Bila perubahan ini berhasil, insya Allah, kita akan menyaksikan organisasi Ta’mir Masjid yang profesional di mana-mana. Mereka mampu mengelola aktivitas kemasjidan secara baik dan bisa saling bekerja sama di tingkat lokal maupun nasional.


MEMANFAATKAN ILMU ORGANISASI DAN MANAGEMENT

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengajarkan kepada umat manusia berbagai macam ilmu pengetahuan, baik quraniah maupun kauniah. Semua manusia, baik muslim maupun kafir, mendapat hak sama untuk mendapatkan pengetahuan, sebagaimana firman-Nya:

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS 96:3-5, Al ‘Alaq).

Demikian pula, ilmu organisasi dan management adalah merupakan karunia Allah juga, yang diberikan kepada para hamba-Nya yang mau memperhatikan sunnatullah dan ciptaan-Nya di alam raya ini. Tidak ada salahnya bila kita mengadopsi keilmuan tersebut dengan menggunakan filter nilai-nilai Islam.

Kita tahu, bahwa ilmu organisasi dan management tumbuh secara terstruktur di dunia Barat dan kemudian berkembang dengan baik ke seluruh dunia, terutama Jepang. Mengingat mereka kebanyakan belum muslim, maka diperlukan seleksi. Diakui atau tidak, umat Islam telah memanfaatkannya. Karena itu diperlukan sentuhan nilai-nilai Islam dalam mengaplikasikannya. Bahkan, bilamana memungkinkan umat Islam dapat menghadirkan organisasi dan management yang islami.

Organisasi dan management telah menjadi bagian yang menyatu dengan kehidupan manusia. Insya Allah, dengan memanfaatkannya suatu lembaga, termasuk organisasi Ta’mir Masjid, dapat bekerja mencapai tujuan secara efektif dan efisien, serta dapat mengantisipasi perkembangan organisasi ke depan. Orang-orang modern telah mengaplikasikan dalam berbagai aktivitas, baik yang bertujuan komersial maupun sosial, dan nyata-nyata telah memberi banyak sumbangan bagi kemajuan lembaga mereka.

Organisasi Ta’mir Masjid bila ingin maju harus mengadopsi ilmu organisasi dan management modern.

Pada dasarnya penerapan organisasi dan management dalam sistim organisasi Ta’mir Masjid adalah untuk mempermudah usaha mencapai tujuan. Dengan menerapkan prinsip-prinsipnya, insya Allah, akan diperoleh beberapa keuntungan, di antaranya:

1. Semua aktivitas dilakukan secara terencana dan direncanakan berdasarkan pertimbangan rasional serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Aktivitas diselenggarakan secara terorganisir dengan menghindari terjadinya tumpang tindih.

3. Dalam melaksanakan aktivitas lebih terkoordinasi dengan sistim kepemimpinan dan tanggungjawab yang jelas.

4. Pelaksanaan aktivitas maupun hasilnya dapat mudah diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan penyelengaraannya.


MENCARI ALTERNATIF FORMAT BARU

Di Indonesia telah berkembang organisasi Ta’mir Masjid, atau dengan nama lainnya seperti: Dewan Kesejahteraan Masjid, Dewan Kepengurusan Masjid, Dewan Kemakmuran Masjid atau Pengurus Masjid; yang menjadikan Masjid sebagai titik pusat perhatiannya. Sementara faktor umat sebagai satu kesatuan jama’ah masih belum tersentuh dengan baik, sehingga menimbulkan kesenjangan dalam pembinaannya. Masjid dan umat kurang menyatu karena sistim jama’ah-imamah yang kurang tergarap.

Diperlukan kajian-kajian atau pemikiran -khususnya oleh Departemen Agama, Universitas Islam dan Ormas Islam- tentang konsep kesatuan Masjid-jama’ah-imamah, agar dapat dihadirkan organisasi Ta’mir Masjid yang mampu mengintegrasikan ketiganya. Namun, konsep tersebut tidak hanya untuk menyahuti pengorganisasian dalam suatu wilayah Masjid saja, tetapi juga membahas mengenai hubungan antar organisasi Ta’mir Masjid, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Juga, konsep tersebut tidak berhenti pada tataran filosofis-konsepsional saja, tetapi yang lebih penting adalah menjelma dalam konsep-konsep teknis-operasional yang dapat dilaksanakan secara langsung di lapangan.

Kalau sistim tersebut tersusun, kemudian diderivasi dalam petunjuk-petunjuk pelaksanaan dan selanjutnya diaplikasikan dengan baik dalam komunitas muslim, insya Allah, kemakmuran Masjid dan jama’ahnya yang selama ini kita dambakan dapat menjadi kenyataan. Pada gilirannya, kebangkitan Islam dan islamisasi kehidupan umat manusia akan mengalami akselerasi; dan pada akhirnya, Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dapat kita rasakan bersama.


PENATAAN ORGANISASI TA’MIR MASJID

Saat ini perlu dihadirkan organisasi Ta’mir Masjid yang mampu menyatukan Masjid, jama’ah dan imamah dalam suatu komunitas muslim. Konsep ini menekankan bukan hanya Masjid sebagai tempat aktivitas ibadah, tetapi juga umat Islam sebagai subyek sekaligus obyek dari aktivitas tersebut. Umat Islam di sekitar suatu Masjid membentuk satu kesatuan jama’ah, dan dibimbing oleh imamah Pengurus Ta’mir Masjid. Karakter yang ingin dikembangkan adalah demokratis, egaliter dan penuh partisipasi dengan dilandasi nilai-nilai Islam.

Format organisasi Ta’mir Masjid ini memanfaatkan prinsip-prinsip organisasi dengan lebih serius, seperti adanya tujuan, visi dan misi yang jelas, departementasi dalam bidang-bidang kerja, hirarki kepengurusan yang diikuti adanya hak, wewenang dan tanggungjawab, pendelegasian tugas, pengaturan besarnya span of control, unity of command dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip management juga diaplikasikan dengan sungguh-sungguh, misalnya planning, organizing, actuating dan controlling (POAC.
Pemikiran mendasar yang melatarbelakangi format organisasi Ta’mir Masjid adalah karena semakin beragamnya kebutuhan da’wah islamiyah dan keinginan untuk melibatkan seluruh potensi umat dalam upaya-upaya memakmurkan Masjid serta kebutuhan dalam menyahuti kebangkitan Islam yang telah dicanangkan di abad 15 Hijriyah ini.

[+/-] Selengkapnya.....

Sabtu, 06 Maret 2010

Orang di Jabatan Tinggi Banyak Mengidap Hypercrisy

Studi menyebutkan semakin tinggi posisi seseorang, semakin tinggi pula kemampuannya untuk mengkritik orang lain, bukan dirinya sendiri. Peneliti menyebut gejala psikologis ini sebagai fenomena 'Hypercrisy'. Pernahkah kita menyadari mengapa semakin banyak orang yang berada di posisi atas gagal menerapkan aturan yang ia buat dan promosikan sendiri? Studi terkini mengatakan bahwa faktor kekuatan dan kejayaan yang dimiliki seseorang membuat ia lebih ketat dan kritis terhadap aksi yang dilakukan orang lain, tapi justru rendah pada aksinya sendiri. Studi yang akan dimuat dalam Journal Psychological Science ini menyebutkan bahwa ada dua fenomena psikologis yang bisa terjadi pada seseorang ketika berada dalam posisi tertentu, yakni fenomena 'hypocrisy' dan 'hypercrisy'.

Dalam sudinya, peneliti dari Ethics and Decision in Management at Northwestern University's Kellogg School memberikan simulasi moral pada partisipan.

Beberapa partisipan pura-pura bertindak sebagai seorang menteri dan beberapa lainnya bertindak sebagai rakyat sipil. Peneliti kemudian memberi beberapa pertanyaan moral pada partisipan terkait masalah aturan, pajak dan lainnya.

"Berdasarkan hasil studi kami, terlihat bahwa seseorang yang punya kekuatan dalam sebuah posisi cenderung lebih ketat, kritis dan menuntut kesempurnaan dari yang lainnya atau dikenal dengan gejala 'hypercrisy'. Sementara itu, kemampuan mengkritik terhadap dirinya sendiri justru rendah, yang dikenal sebagai gejala 'hypocrisy'," ujar Adam Galinsky yang memimpin studi seperti dikutip dari Healthday, Senin (11/1/2012).

Dari laporan yang terdapat dalam Association for Psychological Science disebutkan bahwa fenomena psikologi 'hypercrisy' memang menjadi masalah yang banyak dialami seseorang dengan posisi tinggi.

"Kekuatan dan wewenang yang dimiliki seseorang bisa menimbulkan ketidakseimbangan sosial antara keputusan publik dan perilaku pribadinya, alhasil banyak orang berposisi tinggi gagal menerapkan aturannya sendiri. Ini adalah masalah psikologis dan moral yang harus diwaspadai," kata Galinsky. (detickom)

[+/-] Selengkapnya.....

Rabu, 03 Maret 2010

30 Persen Masyarakat Indonesia Alami Gangguan Jiwa

Kasus gangguan kesehatan jiwa di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan jiwa seperti stres, depresi, cemas berlebihan, ketakutan, hingga kasus parah shizoprenia mencapai angka 20-30 persen. Dari jumlah tersebut, 2-3 persen mengalami gangguan jiwa kronis kegilaan dan schizofrenia. Meningkatnya pasien gangguan kesehatan jiwa ini karena dipicu oleh masalah ekonomi, stres sosial, stres kerja, trauma bencana, korban kejahatan. Sayangnya masalah gangguan kesehatan jiwa belum menjadi prioritas kesehatan yang dibuat pemerintah.

Demikian dikatakan oleh pakar kesehatan jiwa, Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) dalam acara media gathering: Kesehatan Jiwa Sebagai Tanggung Jawab Siapa?, di Hotel Manhattan, Jakarta, Senin (26/10/2009).

"Diperkirakan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan ringan hingga berat jumlahnya 30 persen, lebih besar daripada sekedar angka 2 persen hingga 3 persen dalam data statistik," ujar Dr. Suryo.

Padahal bila salah satu anggota keluarga ada yang mengalami gangguan kesehatan jiwa berat maka praktis seluruh sistem kehidupan keluarga terganggu. Seperti dicontohkan Dr Suryo terhadap kasus yang dialami seorang ibu yang sebut saja bernama Nyonya A berusia 65 tahun.

Ny A divonis menderita dementia (pikun) disertai gangguan perilaku dan sudah beberapa kali tinggal di rumah sakit. Ny A tinggal bersama putra sulung, menantu, dan tiga orang cucu dengan status sosial ekonmi yang cukup baik.

Beban yang dialami Ny A ternyata juga menjadi beban berat bagi keluarganya. Sampai-sampai putranya mengungkapkan keinginannya untuk memindahkan sang ibu ke panti jompo. "Daripada kami sekeluarga ambruk bersama," tutur sang anak seperti diceritakan Dr Suryo.

Tidak mudah memang untuk bisa mendeteksi gangguan kesehatan jiwa, karena banyak masyarakat yang belum terlalu peduli dengan masalah ini. Bahkan di beberapa negara di Eropa, sebagian besar orang harus melewati waktu 5 sampai 10 tahun hingga akhirnya gangguan kesehatan jiwa tersebut terdiagnosa dengan tepat.

Dr Suryo mengatakan untuk bisa membantu proses penyembuhan penderita gangguan kesehatan jiwa dibutuhkan kombinasi dari terapi medis, toleransi serta dukungan yang besar dari keluarga dan orang sekitarnya terhadap pasien. Namun, seringkali stigma buruk dari masyarakat terhadap orang dengan gangguan kesehatan jiwa membuat pengobatan tersebut terhambat.

"Sampai saat ini kesehatan jiwa masih menjadi prioritas bawah dan tidak termasuk dalam bagian utama praktik, kebijakan dan agenda kesehatan, sehingga banyak orang yang sulit mendapatkan pelayanan kesehatan untuk jiwa," ungkap dokter dari departemen Psikiatri FKUI/RSCM.

Dr Suryo menambahkan karena kurangnya pelayanan kesehatan jiwa, membuat orang yang memiliki gangguan kesehatan jiwa tidak mendapatkan pengobatan yang tepat. Sehingga banyak terjadi kasus pemasungan, penelantaran, gelandangan psikotik, perilaku kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan dan kriminalitas.

Untuk dapat memperbaiki masalah ini, Dr Suro menyarankan agar rumah sakit jiwa diganti menjadi fasilitas rehabilitasi psikososial. Dia juga menilai perlunya penyediaan konsultasi di tiap puskesmas seperti yang sudah dilakukan puskesmas Tebet Jakarta dimana terdapat poli konsultasi, sehingga orang tidak merasa sungkan untuk berobat.

Di puskesmas tersebut rutin diadakan perkumpulan antara pasien dengan keluarga untuk menjelaskan masalah dan apa saja yang dubutuhkan oleh pasien. Sehingga pasien lebih merasa dihargai dan tidak mendapatkan perbedaan yang berarti dengan masyarakat lainnya. Serta dilakukan pula kunjungan ke rumah sebagai pendekatan langsung untuk mengontrol pengobatan dan kondisi dari pasien itu sendiri.

Masalah gangguan kesehatan jiwa bisa dideteksi oleh diri sendiri. Misalnya, jika mengalami sedih yang berlebihan yang membuat sulit untuk konsentrasi dan menurunkan kualitas hidup, sebaiknya segera dikonsultasikan agar tak keterusan menjadi gangguan kesehatan jiwa. (www.health.detic.com)

[+/-] Selengkapnya.....

Kamis, 25 Februari 2010

MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Tanggal 12 Rabiul awwal adalah hari kelahiran Nabi Muhammad saw, yang oleh sebagian kaum islam diperingati sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Ada yang memperingati dengan penuh hikmat, biasa-biasa saja dan ada yang berlebihan meriahnya dan ada pula yang tidak memperingatinya sama sekali. Faktanya memang terdapat perbedaan pendapat tentang merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, antara yang setuju dan yang menolak dengan mengatakannya sebagai bid’ah. Walau bagaimana pun memperingati kelahiran dengan penuh hikmah, dengan mengenang sirah Rasulullah yang penuh dengan keagungan adalah sebuah perbuatan yang terpuji. Walaupun pun harus kita yakini juga bahwa Maulid Nabi Muhammad saw masih ada yang berbeda pemikiran. Sehingga kita bisa menyadari bahwa tempatkanlah perayaan ini pada tempatnya yang sebenarnya, jangan berlebih-lebihan. Karena kita dapati banyak yang sedemikian rupa memperingati Maulid Nabi Muhammad saw, sehingga terkesan bahwa perayaan yang ada jauh sekali dari esensi perayaan itu sendiri.


Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw

Abad islam yang terkenal paling baik adalah permulaan berdirinya Agama islam sampai tiga abad berikutnya, yang disebut tiga abad terbaik. Didalam abad-abad itu terdapat orang-orang yang sangat mencintai Rasulullah saw. Kecintaan mereka terhadap Rasulullah saw sangat tinggi derajatnya. Beliau-beliau itu mengetahui banyak sekali sunnah-sunnah Rasulullah saw. Dan beliau-beliau itu sangat patuh sekali melaksanakan syari’at Agama Islam. Sekalipun demikian pada zaman beliau-beliau itu yakni zaman para sahabah dan juga pada zaman para tabi’in yakni orang-orang yang berjumpa dan bergaul dengan para sahabah, tidak terdapat riwayat adanya perayaan atau peringatan Milladun Nabi. Padahal, para sahabah itu sangat mencintai dan sangat mematuhi sunnah-sunnah Rasulullah saw.

Dikatakan bahwa orang yang memulai menganjurkan untuk memperingati atau merayakan Miladun Nabi itu adalah Abdullah Muhammad Bin Muhammad Abdul Ghada. Yang para pengikutnya disebut Fatmi. Mereka menisbahkan diri berasal dari keturunan Ali r.a. Dan mereka termasuk dalam kelompok mazhab Bathini. Mazhab Bathini ini percaya bahwa sebagian dari pada Syari’at itu ada yang zahir atau nampak dan sebagian lagi tidak nampak atau tersembunyi. Menurut mereka dengan cara menipu memukul atau membunuh para penentang juga diperbolehkan. Banyak lagi hal-hal yang menyimpang yang menunjukkan banyak sekali bid’ah-bid’ah yang terdapat didalam ajaran mazhab mereka itu yang dinisbahkan kepada kitab mereka.

Jadi, orang-orang pertama yang melakukan perayaan Miladun Nabi adalah orang-orang yang tergabung didalam mazhab Bathini ini. Dan cara yang mereka lakukan itu benar-benar bid’ah telah dibawa masuk kedalam ajaran islam yang sejati. Mazhab ini terdapat didalam pemerintahan Mesir (Egypt) pada tahun 362 Hijrah. Selain dari memepringati Miladun Nabi mereka membuat peringatan atau perayaan lainnya lagi, misalnya yaumi asyura, miladun Nabi, milad yakni hari kelahiran Ali , milad, hari kelahiran Hasan, milad Husen, milad Fatimah Az Zahra. Mereka merayakan hari pertama dan hari pertengahan bulan Rajab, merayakan hari pertama dan pertengahan bulan Sya’ban, malam khataman Qur’an dan perayaan bermacam-macam didalam bulan Ramadhan, banyak sekali perayaan-perayaan yang mereka lakukan, yang telah menjadikannya bid’ah-bid’ah didalam Islam.

Perbedaan Pendapat tentang Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw

Seperti dikatakan di awal tadi bahwa di kalangan umat islam mempunyai dua pandangan yang berbeda. Ada beberapa golongan atau kelompok islam yang tidak sepaham dengan melakukan perayaan miladun nabi ini. Banyak firqah atau golongan yang sama-sekali tidak melakuan perayaan miladun Nabi. Dan mereka menyatakan “bid’ah” terhadap perayaan miladun Nabi ini. Ada pula kelompok lain didalam islam yang melakukannya secara berlebih-lebihan. Bagaimana kita meyikapi hal ini

Yang harus kita ingat adalah mengenang dan membicarakan tentang wujud Rasulullah saw adalah pekerjaan yang sangat baik sekali. Bahkan menurut riwayat hadis mengenang dan membicarakan tentang para Nabi atau para wali Allah rahmat Tuhan turun kepada mereka dan bahkan Allah swt sendiri menganjurkan untuk mengenang dan menyebut-nyebut para nabi-Nya. Akan tetapi jika membicarakan nabi itu disertai bid’ah-bid’ah yang menyelubungi tauhid Ilahi maka tidak diperbolehkan. Tempatkanlah keagungan Tuhan bersama Tuhan dan keagungan Nabi bersama Nabi. Jika memperingatinya tidak disertai dengan bid’ah namun hanya dengan nasihat atau ceramah, jika didalam acara itu diterangkan mengenai kebangkitan Rasulullah saw, mengenai kelahiran beliau atau mengenai wafat beliau saw maka hal itu akan mendapat ganjaran dari Allah swt. Kita tidak merasa perlu untuk menyusun sebuah peraturan atau sebuah kitab tentang itu.”

Pentingnya memperingati Kehidupan Rasulullah saw


Semata-mata memperingati kehidupan suci Rasulullah saw adalah amal perbuatan yang sangat baik. Dengan amalan itu kecintaan terhadap beliau tambah meningkat. Dan dengannya timbul satu daya tarik dan semangat untuk mentaati perintah-perintah beliau saw. Didalam Kitab Suci Al Qur’an banyak terdapat perintah untuk mengingat riwayat para Anbiya misalnya Allah swt berfirman:

وَاذْكُرْ فِي اْلكِتَابِ اِبْرَاهِيْمَ

Dan ingatlah di dalam kitab tentang Ibrahiim

Akan tetapi didalam memperingati para Anbiya itu sekarang kerap kali dicampuri dengan bid’ah-bid’ah maka ia menjadi haram. Ingatlah! Tujuan utama islam adalah menegakkan Tauhid. Pada zaman sekarang bisa dilihat bagaimana banyaknya bid’ah-bid’ah dilakukan didalam panggung-panggung perayaan miladun Nabi. Ilmu pengetahuan yang baik tentang miladun nabi itu sudah dicemari dan dirusak oleh bid’ah-bid’ah sehingga perayaan itu menjadi haram. Padahal mengingati wujud suci Rasulullah saw menjadi penyebab turunnya rahmat dari Allah swt. Namun mereka melakukannya diluar batas syariat disertai bid’ah-bid’ah sehingga bertentangan dengan kehendak Allah swt.”

=========

Sebaliknya banyak pula orang mengatakan bahwa mengingat Rasulullah saw sendiri adalah pekerjaan haram. Na’uzubillahi min dzalik!! Menyatakan haram terhadap berceramah atau bercerita tentang riwayat hidup Rasulullah saw adalah keliru. Padahal ketaatan sempurna kepada beliau saw menjadi sarana atau menjadi penyebab yang mendasar bagi orang yang akan menjadi kekasih Allah swt. Timbulnya semangat untuk taat kepada beliau saw disebabkan seringnya mengingat dan mendengar kisah tentang beliau. Orang yang mencintai kekasihnya selalu mengingatnya dan sering menyebut-nyebut namanya. Memang ada kelompok orang-orang islam yang pada acara miladun Nabi sedang berlangsung, mereka berdiri semua. Yang sedang duduk dilantaipun serentak berdiri semuanya karena menganggap pada waktu itu Rasulullah saw pun sedang hadir bersama mereka. Inilah cara yang biasa mereka lakukan juga. Sudah menjadi kebiasaan apabila mereka sedang merayakan miladun Nabi mereka berdiri semua. Seorang Kyai sedang berceramah dan para hadirin sedang duduk dilantai, lalu penceramah mengatakan Rasulullah saw sudah datang ditengah-tengah mereka. Tiba-tiba semua orang-orang yang sedang duduk itu serempak berdiri. Mereka yang menganggap Rasulullah saw datang hadir ditengah-tengah mereka adalah perbuatan yang sangat berani. Mereka sungguh berani mengatakan demikian. Padahal majlis perayaan seperti itu dihadiri oleh orang-orang yang suka meninggalkan sembahyang juga. Bagaimana keadaan orang-orang duduk disana diantara mereka itu banyak juga yang tidak menunaikan sembahyang. Banyak diantara mereka setahun hanya dua kali mengerjakan sembahyang yaitu pada hari Eid saja dan mereka hanya rajin menghadiri acara-acara perayaan miladun Nabi seperti itu.

Padahal wujud para Anbiya adalah laksana hujan yang menurunkan air sejuk, mereka itu wujud-wujud cahaya yang cemerlang. Mereka adalah wujud kumpulan segala kemuliaan. Wujud mereka merupakan berkah bagi dunia. Orang yang menganggap wujud-wujud beliau itu serupa dengan diri mereka sendiri, mereka telah berbuat zalim. Sesungguhnya menjalin kecintaan dengan para Wali dan para Anbiya meningkatkan kekuatan iman kita.”

Terdapat riwayat didalam hadis bahwa Rasulullah saw bersabda: “Surga adalah kedudukan yang sangat luhur. Dan saya akan berada didalamnya.” Seorang sahabat yang sangat mencintai beliau mendengar sabda beliau itu langsung menangis lalu berkata: “Ya Rasulallah saya sangat mencintai engkau”. Beliau saw bersabda: “Engkau akan tinggal bersama-sama dengan aku!” Maksud beliau saw adalah barangsiapa yang mencintai beliau dia pasti akan tinggal bersama beliau didalam surga.

“Orang islam yang berikhtiar melakukan bid’ah-bid’ah yang berbau kemusyrikan didalam diri mereka tidak ada keruhanian sedikitpun. Orang-orang yang menyembah kuburan, di dalam diri mereka tidak ada keruhanian. Sesungguhnya perayaan yang didalamnya menceritakan tentang riwayat hidup Rasulullah saw menurut pendapat saya, seperti orang-orang Wahabi mengatakan: “tidak haram” patut diikuti. Tetapi orang-orang yang merayakan miladun Nabi sambil melakukan perkara-perkara bid’ah adalah haram.”

Rayakanlah perayaan Maulid Nabi saw itu sebagai perayaan untuk menguraikan kemuliaan atau riwayat hidup beliau yang sangat agung itu. Allah swt berfirman:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ
Artinya : Katakanlah, Jika kamu mencintai Allah maka ikutilah aku, kemudian Allah akan mencitai kamu. (Ali Imran : 32)

Pernahkah Rsulullah saw membaca Al Qur’an semata-mata demi mendapatkan sepotong roti dari para sahabah? Tetapi zaman sekarang ini mengadakan Perayaan-perayaan miladun nabi atau acara-acara lainnya lalu melakukan perkara-perkara bid’ah disusul dengan kesibukan membagi-bagi makanan. Dan karena acara dimulai dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an maka mereka menganggap roti atau makanan itu sebagai tabaruk banyak mengandung barkat. Padahal Allah swt berfirman: “Jika kalian cinta kepada Allah swt maka ikutilah jejak langkah Rasulullah saw.” Jika memang mereka ingin mengikuti jejak langkah Rsulullah saw apakah mereka bisa membuktikan bahwa beliau pernah membaca Al Qur’an demi mendapatkan roti atau makanan?? Jika beliau pernah membaca Al Qur’an semata-mata untuk tujuan mendapatkan sepotong roti atau sesuap makanan, maka kita akan melakukannya beribu-ribu kali lipat ganda banyaknya. Memang Rasulullah saw suatu peristiwa pernah mendengar seorang sahabah membaca Al Qur’an dengan suara yang merdu dan beliaupun menangis ketika sampai kepada ayat ini:

فَكَيْفَ اِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ اُمَّةٍۭ بِشَهِيْدٍ وَّجِئْنَا بِكَ عَلٰى هٰؤُلاَءِ شَهِيْدًا

Artinya : Maka, bagaimana keadaan mereka ketika Kami akan mendatangkan seorang saksi dari setiap umat, dan Kami akan mendatangkan engkau sebagai saksi terhadap mereka ini (An Nisa : 42)

Rasulullah senang sekali mendengar sahabah membaca Al Qur’an. Namun ketika pembacaan Qur’an itu sampai kepada ayat tersebut Rasulullah saw pun menangis. Namun tangisan beliau itu menunjukkan betapa beliau merendahkan diri dan sangat mencintai Allah swt, beliau merasa bagaimana Dia telah memberi kedudukan tinggi disisi-Nya.

Ketika beliau menangis mendengar ayat itu dan bersabda : “ Cukup, cukp, saya tidak mampu mendengar ayat ini selanjutnya !” Beliau memikirkan bagaimana beliau akan menjadi saksi di alam akhirat nanti.”

Apa yang Rasulullah saw telah tunjukkan teladan didalam setiap pekerjaan, itulah yang harus kita ikuti. Untuk membuktikan seseorang benar-benar mukmin sejati cukuplah dengan membuktikan dengan nyata apakah Rasulullah telah melakukan hal demikian atau tidak? Jika tidak apakah beliau telah menyuruh untuk melakukannya? Ibrahim a.s. adalah nenek moyang beliau dan beliau a.s. patut dijunjung dan dihormati. Apa sebabnya beliau tidak menyuruh mengadakan peringatan maulid nenek moyang beliau, yaitu Nabi Ibrahim a.s.? Rasulullah saw tidak pernah merayakan hari kelahiran Nabi Ibrahim a.s.

Pendeknya pada Maulid Nabi Muhammad saw mengadakan peringatan atau perayaan tidak dilarang, dengan syarat didalamnya tidak boleh dilakukan dengan perbuatan bid’ah. Semata-mata dalam perayaan tersebut adalah untuk meneceritakan berbagai aspek dari sirah atau riwayat hidup Rasulullah saw. Walaupun sebenarnya tidak hanya setahun sekali kita menguraikan sirah atau riwayat hidup beliau saw itu bahkan sepanjang tahun kita boleh bahkan harus mengadakan acara siratun Nabi tersebut. Jadi rayakanlah setiap saat dan tidak terikat oleh waktu. WALLAHU A'LAM BI SHOWAB.


[+/-] Selengkapnya.....

Sabtu, 06 Februari 2010

KHUTBAH JUMAT ; URGENSI SHOLAT

Khutbah Pertama



الحمد لله الذي تَخْضَعُ لعظمته السَماواتُ والأَرْضُوْنَ ، ويَخْشَعُ لجلاله عِبَادُهُ المؤمنونَ القائلُ (وما خلقتُ الجنَّ والإنسَ إلا ليعبدونَ). نحمده سبحانه وتعالي، وهو الذي تَفَرَّدَ بالعِزَّة والكبرياء، ويَعْلَمُ ما يَبْدُرُ مِنْ عِباده في الجَهْر والخَفَاء، ويَعُمُّهُمْ دَوْمًا بالفضل والنَّعْمَاءِ. أشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شرك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، نبيُّ الرحمة وهادي الأمّة. اللهم صلي علي سيدنا محمد خاتم الأنبياء والمرسلين وعلي آله الطاهرين وأصحابه الطيبين ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين. أما بعد.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....


Sebagaimana telah kita maklumi bersama, bahwa shalat adalah tiang agama. Kewajiban dan syi'ar agama Islam yang paling utama adalah shalat.


الصلاة عماد الدين، فمن أقامها فقد أقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين.


"Shalat adalah tiang agama. Orang yang telah mendirikan shalat, dia telah mendirikan agama, namun bagi siapa saja yang meninggalkan shalat berarti dia telah menghancurkan agama."




Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali akan dimintakan pertanggung jawabannya dari manusia pada hari kiamat kelak.


إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ. (رواه الترميذي وأحمد وابن ماجه)


“Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia. Adapun jika di antara shalatnya ada yang kurang sempurna, maka Allah Azza wajalla berfirman: periksalah kembali wahai para malaikat, apakah dia suka melaksanakan shalat sunah. Jika ada, sempurnakanlah shalatnya dengannya shalat sunnahnya tersebut. Seperti itulah perhitungan amal ibadahnya yang lain.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i).




Shalat merupakan garis pemisah antara keimanan dan kekufuran. Ia adalah sesuatu yang membedakan antara orang-orang yang beriman dengan orang-orang yang inkar, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadisnya:

قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْكُفْرِ وَالْإِيمَانِ تَرْكُ الصَّلَاةِ (رواه النسائي، الترميذي: حَدِيثٌ حَسَنٌ، وأحمد)

"Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad).


Ini menunjukkan pentingnya kedudukan shalat dalam kehidupan seorang Muslim dan masyarakat Islam.

Al Qur'an juga menganggap bahwa menelantarkan atau mengabaikan shalat itu termasuk sifat-sifat masyarakat yang tersesat dan menyimpang. Adapun terus menerus mengabaikan shalat dan menghina keberadaannya, maka itu termasuk ciri-ciri masyarakat kafir. Allah SWT berfirman:


وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُون (المرسلات: 48)

"Jika dikatakan kepada mereka, taatlah dan kerjakanlah shalat, maka mereka enggan mengerjakannya." (Al-Mursalat: 48).


Bahkan shalat merupakan senjata ampuh bagi manusia untuk mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar.

إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ (العنكبوت: 45)

Sesungguhnya shalat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mukar (Al-Ankabut: 45)


Namun pada kenyataannya, mengapa ada dari kita yang tidak menjadikan shalat sebagai pencegah kekejian dan kemunkaran? Mengapa ibadah shalat kita tidak mempunyai pengaruh sama sekali dalam kehidupan kita sehari-hari? Mengapa ada dari kita, bahkan tidak sedikit, ia juga mendirikan shalat tapi ia juga berbohong. Dia shalat, tapi dia juga mencuri. Dia shalat, tapi dia juga mempermainkan perempuan, dia tidak segan-segan berkata cabul dan jorok. Dia shalat, tapi di lain waktu dia juga tidak pernah alpa untuk selalu hadir di depan televisi menonton acara-acara vulgar dan tidak mendidik.


Tidak jarang, ada yang shalat tapi dia juga melakukan segala macam ma’siat dan munkarat. Terkadang dia kelihatan shalat, tapi terkadang dia juga mabuk-mabukan, dia teler, dia minum Wisky, Brandy, Sempain. Dia kadang shalat, tapi dia juga kadang neggak pil haram, dia ngeplay, ngegele, ekstacy, sabu-sabu. Mengapa ini terjadi? Kok bisa ini terjadi? Salahkahkah firman Allah? Dustakah Dia? Jawabnya: Tidak. Sama sekali Allah tidak berdusta! Sama sekali Allah Swt tidak salah!


Lau mengapa itu semua bisa terjadi. Itu semua terjadi, karena ibadah yang kita lakukan hanya simbolis belaka. Hanya ritual sehari-hari yang tidak dimengerti dan dihayati sama sekali! Kita shalat hanya bagai “boneka bergerak” yang tunggang-tonggeng saja. Hampa dari nilai-nilai shalat itu sendiri. Ini terjadi karena hati kita masih kotor. Hati kita tidak ikhlas dalam melaksanakan shalat. Kita merasa sangat terpaksa dan terbebani dalam melaksanakan shalat. Lalu bagaimana hal itu dapat mencegah diri kita dari perbuatan keji dan munkar, kalau dalam shalat saja kita tidak meresapi dan menghayati makna shalat dalam kehidupan kita sehari-hari. Makanya sangat wajar kalau ada di antara kita, yang suka shalat tapi kekejian dan kemunkaran jalan terus. Mengapa? Karena shalatnya menyimpang dari apa yang Allah Swt gariskan. Allah Swt berfiman:


قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُون. الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ( الممنون: 1-2)

“Sungguh beruntunglah orang-orang beriman yang melakukan shalatnya secara khusyuk.” (al-Mukminun: 1-2).


Khusyuk di sini adalah melaksanakan shalat secara baik dan benar karena hanya takut kepada Allah Swt semata, bukan karena riya dan sombong. Karenanya, kita tidak perlu heran kalau di antara orang-orang yang shalat banyak yang celaka. Kok ada orang yang rajin shalat tapi celaka? Ada!


فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ(4)


“Maka celakalah bagi orang-orang yang melakukan shalat.” Lhoh kok celaka?


الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ(5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ(6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُون َ( الماعون: 7)

“Yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan tidak mau menolong dengan hal-hal yang bermanfaat.” (Al Maa’uun: 7).


Orang-orang beriman yang melaksanakan shalat seara baik dan benar, secara tepat waktu dan dengan menghayati makna yang terkandung di dalam shalat, insya Allah dia tidak terjerumus ke dalam kekejian dan kemunkaran dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....


Masyarakat Islam adalah masyarakat yang meyakini adanya hari perhitungan di akhirat kelak, sebagai sebuah perjanjian yang mengikat antara hamba dengan khaliknya. Pada sisi ini, shalat merupakan ibadah harian yang menjadikan seorang Muslim selalu dalam perjanjian dengan Allah Swt. karena ketika seorang muslim terombang-ambing di dalam bahtera kehidupan, maka datanglah shalat menyelamatkannya ke tepian rahmat Allah Swt. Ketika dia dilupakan oleh kesibukan dunia maka datanglah shalat untuk mengingatkannya. Ketika dia diliputi oleh dosa-dosa dan hatinya penuh ‘debu kelalaian', maka datanglah shalat untuk membersihkannya. Ia merupakan ‘kolam renang’ ruhani yang dapat membersihkan ruh dan menyucikan hati, lima kali dalam sehari semalam, sehingga tidak tersisa kotoran sedikit pun.


Pelaksanaan shalat dalam Islam mempunyai keistimewaan tersendiri, yaitu dilaksanakan dengan cara berjamaah dan adanya adzan.


Karena begitu pentingnya arti shalat berjamaah, hampir-hampir Rasulullah Saw membakar rumah suatu kaum karena mereka ketinggalan dari shalat berjamaah dan melakukan shalat di rumah mereka masing-masing.


Shalat berjamaah dalam Islam sangatlah penting, kecuali bagi yang uzur syar’i semisal sakit, tua renta, dan musafir. Saking pentingnya, arti shalat berjamaah, Islam mewajibkannya meskipun di tengah-tengah peperangan yang dikenal dengan shalat Khauf.menekankan kepada kita untuk senantiasa mendirikan shalat secara berjamaah, walaupun di tengah-tengah peperangan, yang dikenal dengan shalat "Khauf." Shalat ini merupakan shalat berjamaah yang khusus dilakukan pada saat peperangan di belakang satu imam dengan dua tahapan. Pada tahap pertama sebagian orang-orang yang ikut berperang shalat terlebih dahulu satu rakaat di belakang imam, kemudian meninggalkan tempat shalat untuk menuju ke medan perangnya dan menyempurnakan shalatnya di sana, kemudian pada tahapan berikutnya datanglah sebagian yang semula menghadapi musuh, untuk mengikuti shalat dibelakang imam.


Ini semua mereka lakukan dengan membawa senjata perang dan dengan penuh kewaspadaan. Mengapa ini semua mereka lakukan? Semata-mata agar tidak seorang pun dari mujahidin yang kehilangan keutamaan shalat berjamaah yang sangat ditekankan oleh Islam. Perihal tentang shalat ini lebih jauh, Allah Swt menjelaskannya pada surat (An-Nisa': 102):


Ayat ini selain menunjukkan kedudukan shalat berjamaah juga menunjukkan betapa pentingnya kedudukan shalat itu sendiri. Berlangsungnya peperangan, siap siaganya musuh dan kesibukan dalam berjihad fi sabilillah itu tidak menggugurkan kewajiban shalat. Tetapi tetap wajib dilaksanakan dengan cara semampunya, walaupun tanpa ruku', sujud dan menghadap kiblat ketika dalam peperangan yang serius. Cukuplah dengan berniat ketika dalam kondisi darurat dan melakukan apa saja yang mungkin dikerjakan seperti tilawah, isyarat berdzikir dan sebagainya.


Shalat juga memiliki keistimewaan dengan adzan, itulah seruan Rabbani yang suaranya menjulang tinggi setiap hari lima kali. Adzan berarti mengumumkan masuknya waktu shalat, mengumumkan tentang aqidah yang asasi dan prinsip-prinsip dasar Islam, meliputi, "Allahu akbar (Allah Maha Besar) empat kali, Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, dua kali. Hayya'alashshalaah dua kali. Hayya 'alalfalaah, dua kali, Allahu akbar, dua kali, kemudian membaca laa ilaaha illallah."


Adzan ini layaknya 'lagu kebangsaan' bagi ummat Islam yang didengungkan dengan suara tinggi oleh muadzin, lalu dijawab oleh orang-orang beriman di mana saja berada. Mereka bersama-sama ikut mengulang secara serempak kalimat-kalimat adzan yang didengar, untuk menghunjamkan nilai-nilainya dalam jiwa dan membuktikannya dalam akidah dan akhlak sehari-hari..


Shalat, sebagaimana disyariatkan oleh Islam, bukanlah sekedar hubungan ruhani dalam kehidupan seorang Muslim. Sesungguhnya shalat dengan adzan dan iqamatnya, berjamaah dengan keteraturannya, dilaksanakan di rumah Allah dengan kekhusu’annya, penampilan yang rapih, bersih dengan kesuciannya, menghadap ke kiblat' dengan ketepatan waktunya, maupun kewajiban-kewajiban lainnya seperti gerakan, tilawah, pujian, bacaan, maupun perbuatan-perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan ini semuanya maka shalat mempunya nilai lebih dari hanya sekedar ibadah. Sesungguhnya shalat merupakan sistem hidup, manhaj pendidikan dan pengajaran yang sempurna, yang meliputi (kebutuhan) fisik, akal dan hati. Tubuh menjadi bersih dan bersemangat, akal bisa terarah untuk mencerna ilmu, dan hati menjadi bersih dan suci. Karenanya, jiwa pun menjadi lapang dan tenang.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...

Shalat merupakan tathbiq 'amali (contoh kongkrit) dari prinsip-prinsip Islam baik dalam aspek politik maupun sosial kemasyarakatan yang ideal. Sehigga nilai persaudaraan, persamaan dan kebebasan itu terwujud nyata. Terlihat pula dalam shalat makna keprajuritan orang-orang yang beriman, ketaatan yang paripurna dan keteraturan yang indah.


Imam Asy-syahid Hassan Al Banna berkata, dalam menjelaskan shalat secara sosial, setelah beliau menjelaskan pengaruh shalat secara ruhani: "Pengaruh shalat tidak berhenti pada batas pribadi, tetapi shalat itu sebagaimana disebutkan sifatnya oleh Islam dengan berbagai aktifitasnya yang zhahir dan hakikatnya yang bersifat bathin merupakan minhaj yang kamil (sempurna) untuk mentarbiyah ummat yang sempurna pula. Shalat itu dengan gerakan tubuh dan waktunya yang teratur sangat bermanfaat untuk tubuh, sekaligus ia merupakan ibadah ruhiyah. Dzikir, tilawah dan doa-doanya sangat baik untuk pembersihan jiwa dan melunakkan perasaan. Shalat dengan dipersyaratkannya membaca AL Fatihah di dalamnya, sementara AL Qur'an menjadi kurikulum Tsaqafah Islamiyah yang sempurna telah memberikan bekal pada akal dan fikiran dengan berbagai hakekat ilmu pengetahuan, sehingga orang yang shalat dengan baik akan sehat tubuhnya, lembut perasaannya dan akalnya pun mendapat gizi. Maka kesempurnaan manakah dalam pendidikan manusia secara individu setelah ini? Kemudian shalat itu dengan disyaratkannya secara berjamaah, maka akan bisa mengumpulkan ummat lima kali setiap hari dan sekali dalam satu pekan dalam shalat jum'at di atas nilai-nilai sosial yang baik, seperti ketaatan, kedisiplinan, rasa cinta dan persaudaraan serta persamaan derajat di hadapan Allah yang Maha Tingi dan Besar. Maka kesempurnaan yang manakah dalam masyarakat yang lebih sempurna daripada masyarakat yang tegak di atas pondasi tersebut dan dikuatkan di atas nilai-nilai yang mulia?


Sesungguhnya shalat dalam Islam merupakan sarana tarbiyah yang sempurna bagi individu dan pembinaan bagi membangun ummat yang kuat. Shalat yang lurus dan sempurna, bisa membawa dampak kebaikan bagi pelakunya dan bisa membuang sifat-sifat buruk yang ada. Shalat telah mengambil dari "Komunisme" makna persamaan hak dan persaudaraan yaitu dengan mengumpulkan manusia dalam satu tempat yang tidak ada yang memiliki kecuali Allah yaitu Masjid; dan Shalat telah mengambil dari"kediktatoran" makna kedisplinan dan semangat yaitu dengan adanya komitmen untuk berjamaah' mengikuti Imam dalam setiap gerak dan diamnya, dan barang siapa yang menyendiri, maka ia akan menyendiri dalam neraka. Shalat juga mengambil dari "Demokrasi" suatu bentuk nasehat, musyawarah dan wajibnya mengembalikan Imam ke arah kebenaran apabila ia salah dalam kondisi apa pun. Dan shalat biasa membuang segala sesuatu yang jelek yang menempel pada semua ideologi tersebut di atas seperti kekacauan Komunisme, penindasan diktaktorisme, kebebasan tanpa batas demokrasi, sehingga shalat merupakan minuman yang siap diteguk dari kebaikan yang tidak keruh di dalamnya dan tidak ada keruwetan"


Ma’asyral muslimin rahimakumullah....

Umat Islam telah sepakat, bahwa siapa saja yang meninggalkan shalat karena menentang kewajiban shalat dan karena menghinanya maka ia telah kafir. Tidak seorang pun di antara para Imam Mazhab, semisal baik Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, Imam Daud Azhahiri, Imam Ishaq maupun yang lainnya yang mengatakan bahwa shalat bagi seorang muslim boleh dikerjakan dan ditinggalkan sekehendak hatinya. Allah Swt berfirman:


إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا (النساء: 103)

“Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang-orang yang beriman, yang waktunya telah ditentukan”. (An-Nisa: 103)


Oleh karena itu, bukanlah dikatakan masyarakat yang Islami, apabila ada masyarakat uang hidup tanpa ruku' dan sujud kepada Allah SWT, dan mereka tidak memperoleh sanksi atau pengajaran dengan alasan bahwa manusia itu mempunyai hak kebebasan untuk berbuat.

Bukanlah masyarakat Islami, masyarakat yang menyamakan antara orang-orang yang shalat dan orang-orang yang tidak shalat, apalagi mengutamakan orang-orang yang tidak shalat, dan menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin orang Islam.


Bukanla masyarakat Islami, mereka yang membangun perkantoran-perkantoran, lembaga-lembaga, pabrik-pabrik dan sekolah-sekolah, sementara di dalamnya tidak ada masjid yang dipergunakan untuk shalat dan didengungkan suara adzan.


Bukanlah masyarakat Islami, masyarakat yang tidak mengajarkan shalat kepada putera-puterinya di sekolah-sekolah dan di rumah-rumah, sejak masa kanak-kanak.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua


الحمد لله المحمودِ في كل أوان، المعبودِ بحقٍّ في كل الزمان، الذي يَخْضَعُ لعَظَمَتِهِ الأملاكُ والإنسُ والجانُّ، له المُلْكُ والملكوتُ والسلطانُ لا تنفعه طاعةٌ ولا يضرعِصْيان. أشهد أن لا إله الا اللهُ الواحدُ القهّارُ، سَيَّرَ الأفلاكَ وأدار الليلَ والنهارَ، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله الأمين، الذي قال فيه ربُّه (وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين). اللهم صلي علي سيدنا محمّدِنِ المختار وعلي آله وأصحابه الأخيار، ومن تبعهم بإحسان الي يوم الدين مَا شَعَّتِ الأنوارُ ، وَمَا غَرَّدَتِ الأطْيار. قَالَ تَعَالَي عَزَّ مِنْ قَائِلٍ: اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ.

Ma’asyral muslimin rahimakumullah....
Seorang doktor di Amerika Serikat telah memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang dia jumpai dalam penyelidikannya. Dia seorang doktor dalam bidang neurologi.


Setelah memeluk Islam, dia amat yakin dengan model perobatan yang disinggung Al-Quran dan Hadis, mulai dari manfaat puasa, madu, habbatul barakah (biji hitam/black seed) dan lain sebagainya.


Ketika dia ditanya bagaimana dia bisa memeluk agama Islam, doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu beliau melakukan riset (kajian) urat saraf, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal.


Setelah membuat kajian yang cukup memakan waktu, akhirnya dia mendapat hasil bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak manusia kecuali pada saat seseorang itu sedang sujud, seperti ketika melaksanakan ibadah shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah hanya untuk sukatan tertentu saja. Keseimbangan kadar darah yang dibutuhkan oleh urat saraf tersebut mengikuti jadwal waktu sembahyang yang diwajibkan oleh Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah.


Oleh karenanya, bagi orang yang tidak melaksanakan shalat, urat saraf otaknya tidak sempurna dalam menerima darah secukupnya untuk berfungsi secara normal.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah....
Kesimpulannya, makhluk Allah yang bergelar manusia jika tidak melaksanakan shalat sesuai yang diajarkan oleh Islam, apalagi dia tidak beriman, walau pun akal mereka kelihatan berfungsi secara normal, tetapi sebenarnya dalam suatu kondisi, mereka kehilangan kesempurnaan berpikir dan kurang pertimbangan dalam membuat keputusan yang normal dan bijakasana.


Justeru itu, kita tidak perlu heran jika kita menjumpai seseorang yang kadang kala tidak segan-segan untuk melakukan perkara-perkara yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya, walaupun apa yang mereka lakukakn adalah salah. Untuk itu, kita tidak perlu aneh dan heran, jika timbul berbagai macam gejala dan penyakit sosial di masyarakat. (Berita ini dinukil dari koran Arab News, 7 Januari 1987).


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا وأصلح لنا آخرتنا التي إليها معادنا واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير واجعل الموت راحة لنا من كل شر. اللهم أحسن عاقبتنا في الأمور كلها وأجرنا من خزي الدنيا وعذاب الآخرة. اللهم اقسم لنا من خسيتك ما تحول به بيننا وبين معصيتك ومن طاعتك ما تبلغنا بها جنتك ومن اليقين ما تهون به علينا مصائب الدنيا ومتعنا بأسماعنا وأبصارنا وقوتنا ما أحييتنا واجعله الوارث منا واجعل ثأرنا علي من ظلمنا وانصرنا علي من عادانا ولا تجعل مصيبتنا في ديننا ولا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا ولا تسلط علينا من لا يرحمنا برحمتك يا أرحم الراحمين. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وأقم الصلاة.


[+/-] Selengkapnya.....

TAFSIR: Menjaga Amanah Keadilan Hukum

Firman Allah swt: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. QS An-Nisa’: 58

Sesungguhnya Allah swt menyuruh kita untuk menunaikan amanah kepada ahlinya. Kalau dalam bentuk yang kedua, selain menjaga kemurnian Alquran misalnya, seseorang yang diberi sebuah jabatan. Jabatan itu adalah sebuah amanah yang harus dipelihara dan tidak boleh diselewengkan.
Seorang guru yang memperoleh amanah berupa murid yang diserahkan oleh orang tua murid dalam keadaan yang suci dan masih bersih, harus dipelihara dengan sebaik-baiknya, agar anak itu disaat keluar dari sekolah tersebut, juga masih dalam keadaan bersih




Seorang hakim yang diberi amanah untuk menyelesaikan sebuah perkara, dia harus menyelesaikannya sesuai dengan prinsip keadilan, sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Sehingga para ahli mengatakan, “Ayat di atas termasuk ayat yang sangat penting dalam mengatr urusan keagamaan dan keduniaan kita ini.”
Bahwa prinsip pelaksanaan amanah dengan sebaik-baiknya, diperlukan dalam mengelola kehidupan ini. Para ahli mengatakan, ayat di atas dialamatkan kepada para pemimpin, karena mereka mendapat kehormatan memegang sebuah amanat. Kalau kita telusuri, hampir semua kita menjadi pemimpin, paling kurang pemimpin rumah tangga.
Karenanya, ada pendapat yang lain mengatakan, bahwa ayat di atas bukan saja dialamatkan kepada para pemimpin, tetapi juga dialamatkan kepada seluruh kita, karena kita menjadi pemimpin, paling tidak pemimpin dalam rumah tangga kita sendiri.
Rasulullah mengatakan, “Kematian disebabkan membela agama Allah akan menghapuskan seluruh dosa yang ada pada orang yang mati syahid tersebut, kecuali amanah.” Dia masih diminta pertanggungjawaban terhadap amanah yang pernah dia sandang.
Dalam memelihara amanah, jangan sekali-kali membela orang yang terkait dengan kita, seperti firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 105: dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat. QS An-Nisa’: 105.
Jangalah kamu menentang orang yang tidak bersalah, karena membela para pengkhianat. Para ahli mengatakan, ada sebuah pertengkaran yang terjadi antara seorang muslim dengan seorang Yahudi. Kebenaran berada dipihak orang Yahudi, tetapi karena Rasulullah melihat salah seorang pengikutnya, Rasulullah hampir saja membela orang yang muslim ini, sehingga turun ayat di atas. Jangan kamu menentang orang yang tidak bersalah, dalam hal ini orang Yahudi, karena membela orang muslim yang menjadi pengkhianat tersebut.
Jadi, dalam masaalah keadilan, kita tidak melihat hubungan kita dengan orang, tetapi kita harus memihak kepada kedilan tersebut.

Disadur dari Kuliah Prof. Tgk. H. Azman Ismail, MA

[+/-] Selengkapnya.....

Rabu, 03 Februari 2010

Takmir Masjid Al Muhajirin

Takmir masjid Al Muhajirin Perumahan Pemda DIY Banjardadap Potorono Banguntapan Bantul telah dibentuk pada hari Rabu, 20 Januari 2010. Pembentukan takmir dilaksanakan secara partisipatif oleh sesepuh, tokoh dan warga Perumahan, antara lain: Bapak H. Suharsono dan ibu Tri Laksmi Suharsono, Bapak Azharudin dan Istri, Bapak Syafrudin, Bapak Eko Heru Kiswantoro, Bapak Wijayanto, Bapak Seno Haryanto, Bapak Husnul Huda, Ibu Wijiastuti Darwin Rangkuti, bapak Nuryanto, Bapak Mohammad Ali, dan para pemuda.

Secara aklamasi peserta rapat menyetujui Bapak H. SUharsono menjadi Ketua Takmir, sementara itu, sekretaris dipercayakan kepada M. Mahlani dan Bendahara dijabat bapak Eko Heru Kiswantoro.
Sebelum pembentukan struktur dan penyusunan personil, sempat dilakukan sharing mengenai arah dan bentuk ketakmiran. Prinsipnya semua setuju bahwa susunan ketakmiran dibentuk berdasar kebutuhan dan pengisian personil diharapkan mengakomodasi seluruh warga.
Susunan pengurus secara lengkap sebagai berikut :
Ketua : H. Suharsono
Wakil Ketua : Syafrudin
Sekretaris : M. Mahlani
Wakil Sekretaris: Yudi Johari
Bendahara : Eko Heru Kiswantoro
Wakil Bendara : Wijayanto

Bidang Pendidikan dan Dakwah
1.R. Muhammad Ali (koordinator)
2.Darwin Rangkuti
3.Ibu Tri Laksmi Suharsono
4.Ibu Wijiastuti Darwin Rangkuti
5.Jauhari Kusbiantoro

Bidang Ibadah
1.M. Khusnul Huda (koordinator)
2.Sujito
3.M. As’ad Syamsul Arif
4.Rusydi

Bidang Sosial dan Budaya
1.Azharudin AR (koordinator)
2.Mohammad Tulud
3.Ibu Lis Riyanti Wijayanto
4.Ibu Siti Rosita Azharudin
5.Ibu Endang Seno Haryanto

Bidang kerumahtanggaan dan perlengkapan
1.Joko Taswoyo (koordinator)
2.Seno Haryanto
3.Nuryanto
4.Nur Cahyo
5.Sigit Dalyono

[+/-] Selengkapnya.....